Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lonjakan Produksi Angin dan Matahari Bikin Harga Energi Turun

Kompas.com, 16 Juli 2023, 11:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Proyek pembangkit tenaga angin dan matahari tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan, dan berada di jalur yang tepat untuk menyumbang lebih dari sepertiga listrik dunia pada tahun 2030.

Laporan Rocky Mountain Institute (RMI) yang bermitra dengan Bezos Earth Fund menyebutkan, sektor energi dapat mencapai perubahan yang diperlukan untuk memenuhi tujuan iklim global.

Pertumbuhan eksponensial dalam listrik terbarukan ini membuka manfaat luas, termasuk keamanan pasokan dan pertumbuhan lapangan kerja, serta melawan inflasi harga energi.

Riset pelengkap dari Systems Change Lab, yang juga diterbitkan hari ini, menunjukkan delapan negara telah mengembangkan pembangkit tenaga surya dan angin lebih cepat dari yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius.

Hal ini membuktikan bahwa transisi cepat ke energi terbarukan adalah hal yang mungkin.

Baca juga: Optimalisasi EBT Dukung Ketahanan Energi Nasional

RMI memperkirakan, pada tahun 2030, tenaga surya dan angin akan memasok lebih dari sepertiga dari seluruh listrik global, naik dari sekitar 12 persen saat ini.

Berdasarkan prakiraan, matahari dan angin akan menghasilkan 12.000-14.000 TWh pada tahun 2030, 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan level tahun 2022.

Angka ini juga akan melampaui seruan hingga COP28 untuk tiga kali lipat dari total kapasitas energi terbarukan pada tahun 2030.

Sebaliknya, permintaan bahan bakar fosil untuk listrik akan mengalami penurunan tajam, sebanyak 30 persen dari puncak tahun 2022 pada tahun 2030, karena listrik terbarukan semakin bersaing dengan hidrokarbon dalam hal biaya alias lebih murah.

Biaya tenaga surya, yang sudah menjadi bentuk produksi listrik termurah, akan turun menjadi 20 dollar AS per megawatt hour (MWh) dari sekitar 40 dollar AS MWh saat ini, karena semakin banyak proyek yang dikerahkan dan penghematan biaya meningkatkan skala.

Baca juga: Percepat Transisi Energi Perlu Kerja Sama Semua Pihak

"Manfaat penerapan energi terbarukan yang cepat adalah keamanan energi yang lebih besar dan kemandirian yang sulit, ditambah deflasi harga energi jangka panjang karena ini adalah teknologi manufaktur, semakin banyak Anda memasang semakin murah harganya," kata Prinsipal Senior RMI Kingsmill Bond.

Tumbuh eksponensial

Beberapa negara dan wilayah utama tertentu termasuk China dan Eropa memimpin dalam penerapan teknologi energi bersih, dengan tingkat pertumbuhan eksponensial.

Namun, penerapan energi terbarukan juga menjadi semakin terdistribusi secara global, termasuk di seluruh Timur Tengah dan Afrika, yang dengan cepat mengejar dan memanfaatkan tren pertumbuhan global.

Uruguay, Denmark, Lituania, Namibia, Belanda, Palestina, Yordania, dan Chili semuanya telah mengembangkan pembangkit tenaga surya dan angin dengan kecepatan tinggi, menunjukkan bahwa transisi cepat dapat dicapai di berbagai konteks.

Baca juga: Panduan Bikin Rumah Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

Secara global, angin dan matahari perlu tumbuh dari 12 persen menjadi 41 persen pada tahun 2030, meningkat sebesar 29 poin persentase.

Denmark, Uruguay, dan Lituania telah mencapai peningkatan seperti itu selama rentang waktu delapan tahun yang sebanding. Namibia, Belanda, Palestina, Yordania, dan Cile telah menumbuhkan tenaga surya dan angin dengan laju yang cukup selama lima tahun.

Negara-negara ini meningkatkan angin dan matahari dalam keadaan yang sangat berbeda. Mereka menjangkau negara berkembang dan maju, dengan PDB per kapita mulai dari 4.000 dollar AS hingga 67.000 dollar AS per tahun.

Negara-negara didorong untuk mempercepat energi terbarukan oleh berbagai faktor, termasuk mengadopsi kebijakan yang cerdas dan efektif, mempertahankan komitmen politik, menurunkan biaya energi terbarukan, dan meningkatkan keamanan energi.

“Tren pertumbuhan eksponensial dalam listrik terbarukan dapat dimanfaatkan untuk membantu negara-negara berkembang maju dari kurva dan bertransisi lebih cepat ke sistem listrik yang lebih bersih dan terjangkau,” imbuh Presiden dan CEO Bezos Earth Fund Andrew Steer.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau