Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alarm Krisis Iklim, Suhu China Tembus 52 Derajat, AS Dilanda Gelombang Panas Ekstrem

Kompas.com, 19 Juli 2023, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Meski terpisah ribuan kilometer jauhnya, Amerika Serikat (AS) dan China dalam beberapa waktu terakhir mengalami kondisi yang sama: panas ekstrem yang sangat menyengat. Alarm krisis iklim semakin berbunyi kencang.

AS dan China mengalami panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim. Situasi ini turut memicu kekhawatiran terhadap kesehatan masyarakat, pertanian, dan pembangkit listrik.

Baca juga: Menuju COP28, Menanti KTT Iklim yang Ambisius

Panas ekstrem China

Pada Senin (17/7/2023), Desa Sanbao di Provinsi Xinjiang, China, mengalami panas yang ekstrem. Tercatat, suhu di sama mencapai 52,2 derajat celsius.

Panas ekstrem yang terjadi di Sanbao pada Senin mengalahkan rekor sebelumnya yaitu 50,3 derajat celsius pada 2015 di dekat desa tersebut, di provinsi yang sama, sebagaimana dilansir Earth.org.

Media lokal memprediksi, suhu panas akan bertahan setidaknya lima hari. Otoritas setempat juga mengeluarkan peringatan suhu tinggi di beberapa kota.

Sebelumnya, Ibu Kota China, Beijing, juga mengalami musim panas paling intens. Suhu meroket melampaui 40 derajat celsius selama berminggu-minggu.

Bulan lalu, Beijing dilanda suhu ekstrem. Suhu di sana melonjak hingga 41,1 serajat celsius, suhu tertinggi kedua yang tercatat sejak dokumentasi cuaca dimulai di sana pada 1961.

Baca juga: Pekan Pertama Juli Pecahkan Rekor Terpanas, Alarm Krisis Iklim Makin Nyaring

Gelombang panas AS

Selain China, AS juga mengalami gelombang panas panjang yang berkobar di beberapa negara bagian.

Negara Bagian California mengalami heat dome alias kubah panas yang panjang. Heat dome adalah fenomena di mana massa udara kering dan panas yang mengendap di suatu area untuk jangka waktu yang lama.

Hal tersebut menciptakan semacam cungkup atau kubah yang mempertahankan panas di permukaan wilayah itu.

Pada Minggu (16/7/2023), Death Valley mencatat suhu 53,9 derajat celsius, mendekati suhu terpanas yang pernah tercatat di Bumi yakni 56,7 derajat celsius di lokasi yang sama lebih dari seabad lalu.

Situasi tersebut diproyeksikan akan bertahan hingga pekan depan, saat kubah panas berpindah ke negara bagian AS wilayah Barat dari Texas.

Texas sendiri telah mengalami panas yang hebat selama tiga pekan berturut-turut hingga menyebabkan pemadaman listrik di ribuan rumah karena jaringan listriknya tersendat.

Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Hujan Makin Lebat dan Cuaca Ekstrem, Bencana Mengintai

Dunia memanas

Ilustrasi gelombang panasshutterstock Ilustrasi gelombang panas

Dunia telah memanas sebesar 1,1 derajat celsius sejak Revolusi Industri. Pemicu utamanya adalah memicu pembakaran bahan bakar fosil, sumber utama emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.

Tingginya emisi GRK yang lepas ke atmosfer memerangkap lebih banyak panas matahari di Bumi hingga memicu perubahan iklim.

Perubahan iklim membuat pola cuaca menjadi kacau. Intensitas dan frekuensi suatu fenomena menjadi meningkat.

Contohnya, panas menjadi sangat ganas dan hujan menjadi semakin lebat seperti yang telah terjadi di berbagai belahan dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Dampak Jangka Panjang Perubahan Iklim Berdasarkan Benua

Menurut sebuah studi tahun 2023 oleh World Weather Attribution (WWA), perubahan iklim membuat gelombang panas setidaknya 30 kali lebih mungkin terjadi di Asia.

Pada April, Thailand mencatat hari terpanas dengan 45,5 derajat celsius. Di bulan yang sama, India mengalami suhu panas hingga 44 derajat celsius.

Dalam laporan terbaru yang diterbitkan awal tahun ini, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) melaporkan bahwa kenaikan suhu 1,5 derajat celsius sangat mungkin terjadi.

Dan baru bulan lalu, para ahli memperingatkan bahwa tingkat emisi GRK berada pada titik tertinggi dalam sejarah, 50 persen lebih tinggi dari tingkat pra-industri.

Terjadinya gelombang panas tidak hanya terbatas di AS dan Asia. Bulan lalu, Juni, adalah bulan terhangat yang pernah tercatat secara global.

Baca juga: Perbedaan Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau