Sementara itu, pemulia mangrove dari wilayah pesisir Mangunharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Nur Chayati, mengatakan pantai utara di Kota Semarang mengalami abrasi akibat beban industri yang sangat berat.
Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan muka tanah secara signifikan, antara 15 hingga 25 sentimeter (cm) setiap tahunnya.
Pada saat yang sama, terjadi percepatan dampak buruk krisis iklim yang menyebabkan kenaikan air laut.
Baca juga: Usung Semangat Tumbuh Bersama, Danamon Tanam 10.000 Mangrove di Pantai Tirang
Sejak 2005, dia telah bekerja untuk memulihkan mangrove di kawasan yang mengalami abrasi seluas 160 hektare.
Nur Chayati bersama dengan komunitasnya terus bekerja menjaga ekosistem pesisir dengan terus menerus menanam dan memuliakan mangrove.
Hasilnya, kini wilayah yang terdampak abrasi seluas 160 hektare telah pulih. Lebih jauh, mangrove yang tumbuh telah dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memproduksi pangan dan minuman olahan.
Nur Chayati mengutarakan, saat ini semakin banyak pihak yang tertarik untuk bergabung menjaga kawasan pesisir di sana.
“Mereka datang dari kalangan pelajar, mahasiswa, aparatur sipil negara (ASN), pegawai swasta, dan berbagai kelompok masyarakat lain. Kami ingin membuktikan kepada masyarakat luas bahwa kelompok perempuan pesisir adalah aktor utama yang menjaga pesisir serta memuliakan mangrove,” tegar Nur Chayati.
Baca juga: Tekan Emisi Karbon, Aksi Kolaboratif Restorasi Mangrove di Jakarta Perlu Dilakukan
Menjelan pilpres 2024, dia menyerukan agar para calon presiden wajib menempatkan kepentingan masyarakat, terutama ekonomi masyarakat pesisir sebagai prioritas penting dalam program pemerintahannya.
“Presiden mendatang harus memiliki visi untuk mengembangkan ekonomi masyarakat pesisir,” papar Nur Chayati.
Di sisi lain, Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Walhi Nasional Parid Ridwanuddin membeberkan bahwa perlindungan terhadap mangrove telah menjadi perhatian masyarakat global.
Setiap tahun, tepatnya pada 26 Juli, diperingati sebagai Hari Mangrove Sedunia. Peringatan ini menjadi momentum yang tepat untuk mengkampanyekan isu perlindungan mangrove.
Terlebih lagi, tahun 2023 merupakan tahun politik karena pada 2024 akan digelar hajatan besar berupa pilpres dan pemilu.
“Pada tahun ini, isu mengenai perlindungan masyarakat pesisir dan ekosistem mangrove penting untuk dikemukakan dalam rangka mengarusutamakan keadilan iklim dan wilayah kelola masyarakat,” ungkap Parid.
Baca juga: Eksistensi Mangrove Sangat Penting Melawan Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya