Proyeksi pertumbuhan PDB riilnya mencapai 4,6 persen pada 2028, melampaui proyeksi global sebesar 2,8 persen.
Baca juga: Mewujudkan Kota Hutan Berkelanjutan IKN Melalui Konsorsium
Meski ada tantangan terkait pengumpulan modal, komitmen terhadap investasi hijau di Asia Tenggara mulai terlihat yang ditunjukkan oleh pemerintah dan berbagai perusahaan.
Potensi pendekatan NbS juga semakin diterima sebagai salah satu jalan untuk mengatasi perubahan iklim dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan data pada laporan ini, NbS dapat secara signifikan berkontribusi terhadap usaha dalam mencapai netralitas karbon atau net zero emission (NZE).
Potensi mitigasi maksimal mencapai 21,7 gigaton karbon dioksida ekuivalen per tahun, atau mengurangi 60 persen emisi yang diproyeksikan pada 2030.
Baca juga: SIG-BRIN Kerja Sama Riset Ciptakan Produk dan Layanan Berkelanjutan
Dengan biaya kurang dari 10 dollar AS per ton karbon dioksida ekuivalen, pasokan global yang diproyeksikan dari carbon offset NbS pada 2030 diperkirakan mencapai 700 hingga 1.000 megaton karbon dioksida ekuivalen per tahun.
Asia Tenggara berpotensi menyediakan antara 200 hingga 300 megaton karbon dioksida ekuivalen per tahun dari kompensasi karbon NbS pada 2030, walaupun luas wilayahnya hanya mencakup 0,7 persen dari total luas dunia.
Meskipun berpotensi besar, laporan ini juga menyoroti berbagai tantangan di seluruh rantai nilai yang menghambat adopsi NbS secara luas.
Masalah terkait transparansi proyek, visibilitas permintaan, dan jaminan kualitas diidentifikasi sebagai hambatan yang harus diatasi secara kolaboratif untuk membuka potensi Asia Tenggara secara penuh dalam menghadapi perubahan iklim.
Baca juga: Penerapan Konsep ESG dalam Membangun Bisnis Berkelanjutan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya