KOMPAS.com - Mineral kritis akan memegang peranan yang sangat vital dan strategis bagi seluruh negara guna mendukung transisi energi.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Program Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Tri Winarno dalam acara side event ASEAN Energy Business Forum (AEBF) bertajuk "Critical Minerals: Opportunities And Challenges For ASEAN" di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Jumat (25/8/2023).
Tri menjelaskan, mineral kritis berperan penting sebagai bahan baku untuk mendukung pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Baca juga: Sumber Daya Energi ASEAN Melimpah, Interkonektivitas Jadi Kunci Penuhi Pemintaan
"Mineral Kritis sebagai bahan baku industri pembuatan panel surya, turbin angin, dan industri baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik, dan juga storage untuk pembangkit (EBT)," jelasnya, sebagaimana dilansir dari siaran pers.
Mineral Kritis, sambung Tri, juga memiliki nilai yang sangat tinggi karena sulit ditemukan, diekstraksi dalam jumlah yang ekonomis, serta tidak mudah digantikan dengan logam atau bahan lain.
Karena tingginya dan vitalnya peran mineral kritis, Tri mengatakan, kebutuhan akan sumber daya tersebut akan meningkat secara signifikan.
Sehingga, penyediaan pasokan mineral kritis di tingkat global tentu akan menjadi sebuah tantangan.
Baca juga: IESR Dorong Indonesia Manfaatkan Momentum Kembangkan Industri Energi Surya di ASEAN
"Tantangan lainnya adalah bagimana kita dapat eksplorasi lebih jauh sumber daya mineral kritis yang ada, dengan konfigurasi geologi di Kawasan ASEAN," ujar Tri.
Menurut Tri, hilirisasi mineral di ASEAN juga menjadi tantangan lain di mana negara-negara ASEAN harus menguasai teknologi pemurnian mineral untuk membantu pengembangan hilirisasi di masa depan.
Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan kolaborasi negara-negara di ASEAN, mengingat negara anggota ASEAN merupakan negara dengan beragam jenis deposit mineral dan potensi yang sangat besar.
Kerja sama tersebut dapat berupa berbagi praktik kebijakan terbaik, mengidentifikasi bidang-bidang utama, memaksimalkan sumber daya alam dan cadangan yang dimiliki.
Baca juga: Interkonektivitas Infrastuktur Jadi Kunci Ketahanan Energi ASEAN
"Serta dengan mendiskusikan peluang kerja sama regional yang lebih besar, dengan tujuan untuk membuka potensi mineral kritis di kawasan ASEAN," papar Tri.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, perusahaannya selaku Holding BUMN industri pertambangan di Indonesia ditugaskan pemerintah untuk mengelola dan hilirisasi sumber daya mineral.
MIND ID juga menjadi bagian dalam transisi energi, dengan menjaga rantai pasok komoditas yang dihasilkan dari mineral kritis, yang merupakan bahan baku dalam pengembangan EBT.
Oleh karena itu, tantangan yang ada dalam pengelolaan mineral kritis harus bisa dijadikan peluang besar untuk mewujudkan ketahanan energi ke depan.
"Dalam menghadapi tantangan geografis dan teknologi dari mineral kritis dan ekonomi sirkular untuk ekstraksi total, kolaborasi dan atau aliansi negara-negara yang kaya akan mineral dan teknologi diperlukan untuk membangun industri energi bersih yang tangguh dan berkelanjutan," pungkas Hendi.
Baca juga: Capai Netralitas Karbon di ASEAN Perlu Dilakukan Semua Sektor
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya