Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IESR Dorong Indonesia Manfaatkan Momentum Kembangkan Industri Energi Surya di ASEAN

Kompas.com, 25 Agustus 2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Lembaga think tank Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023 memanfaatkan momentum untuk memperkuat kerja sama antarnegara anggota dalam melakukan transisi energi yang selaras dengan Perjanjian Paris.

Momentum yang dimaksud adalah pertemuan tahunan tingkat Menteri Energi se-ASEAN atau ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-41 pada 24 Agustus 2023 dan ASEAN Summit ke-43 pada September 2023.

Selain itu, IESR juta meminta Indonesia untuk mendorong pengembangan hub industri energi surya dan pemanfaatannya di kawasan Asia Tenggara.

Baca juga: Signify Hidupkan Aek Natolu dengan Lampu Tenaga Surya Ramah Lingkungan

IESR memandang, Indonesia dapat membangun kolaborasi untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat manufaktur komponen pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Hal tersebut akan menciptakan pengembangan industri dan peluang ekonomi hijau serta berkontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) global.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menjelaskan, saat ini energi surya menjadi andalan untuk mencapai target net zero emission (NZE) untuk masing-masing negara anggota ASEAN.

Pasalnya, energi surya memiliki ketersediaan sumber daya yang melimpah dengan harga teknologi yang sangat murah.

Baca juga: Atasi Polusi, SUN Energy Tawarkan Instalasi Sistem Energi Surya Gratis

Saat ini, Vietnam menjadi negara dengan kapasitas terpasang PLTS tertinggi di ASEAN yakni lebih dari 20 gigawatt (GW), diikuti Thailand dengan 3 GW, Malaysia sekitar 2,2 GW, dan Filipina sekitar 1,7 GW.

Sedangkan Indonesia masih jauh tertinggal. Hingga pertangahan 2023, kapasitas terpasang PLTS-nya baru mencapai 0,2 GW.

“Potensi industri dan rantai pasok komponen PLTS di ASEAN juga sudah mulai berkembang,” kata Fabby dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

“Dari segi ketersediaan material, Indonesia dan Malaysia berpotensi memenuhi kebutuhan polysilicon yang diperlukan untuk produksi wafer dan ingots dan sel surya,” sambungnya.

Baca juga: Potensi Energi Surya Indonesia Sangat Besar, Perlu Dukungan Lebih Masif

Bila ingin mencapai target Perjanjian Paris, ASEAN perlu membangun kapasitas terpasang energi terbarukan dengan porsi antara 39 persen hingga 41 persen dari bauran energi primer pada 2030. Kapasitas PLTS yang harus dibangun antara 142 GW hingga 241 GW.

Pasar terbesar PLTS di Asia Tenggara adalah Indonesia, yang memiliki target energi terbarukan mencapai 34 persen dari bauran energinya pada 2030.

Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan teknologi PLTS dengan kualitas yang baik, pasokan yang stabil, dan harga yang terjangkau.

Baca juga: Spesifikasi Panel Surya Domestik Perlu Ditingkatkan

Selain potensi pasar yang besar, Indonesia juga memiliki potensi silika yang dapat dimurnikan menjadi bahan baku polysilicon, salah satu bahan dasar sel surya.

Dari hal-hal tersebut, melalui pengembangan solar industry hub di ASEAN, Indonesia akan mendapatkan manfaat ekonominya.

Selain itu, negara-negara ASEAN juga akan mendapatkan pasokan bahan baku yang penting dengan lebih terjamin untuk produksi sel dan modul surya.

Baca juga: Indonesia Bakal Punya Industri Panel Surya Terbesar se-Asia Tenggara

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
KLH Segel Kebun Sawit di Tapanuli Tengah Imbas Banjir Sumatera Utara
Pemerintah
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Air di Jakarta Tercemar Bakteri Koli Tinja, Ini Penyebabnya
Pemerintah
Pemerintah dan KI Bentuk Tim Pelaksana Budi Daya Udang Berkelanjutan di Banyuwangi
Pemerintah dan KI Bentuk Tim Pelaksana Budi Daya Udang Berkelanjutan di Banyuwangi
Pemerintah
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
LSM/Figur
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau