KOMPAS.com - X (dulu bernama Twitter) dinobatkan sebagai platform yang paling buruk dalam penyebaran misinformasi perubahan iklim dari lima raksasa media sosial yang didasarkan penilaian dari Climate Action Against Disinformation (CAAD).
CAAD melakukan penilaian terhadap lima platform media sosial besar yakni Meta, Pinterest, YouTube, TikTok, dan X.
CAAD merupakan koalisi yang terdiri lebih dari 50 organisasi yang berkomitmen untuk menyasar konten-konten yang mengampanyekan narasi palsu mengenai lingkungan dan melemahkan pembicaraan mengenai iklim.
Baca juga: Kereta Api Diklaim Mampu Atasi Risiko Perubahan Iklim
CAAD melakukan penilaian kepada kelima platform tersebut terkait kebijakan moderasi konten dan upaya mereka untuk memitigasi informasi yang tidak akurat, seperti penyangkalan krisis iklim.
Hasilnya, X hanya mendapai satu poin dari 21 poin yang dinilai. Koalisi tersebut menilai, X tidak memiliki kebijakan yang jelas untuk mengatasi misinformasi iklim.
Selain itu, X juga dinilai tidak memiliki mekanisme transparansi publik yang substantif dan tidak memberikan bukti penegakan kebijakan yang efektif.
Laporan tersebut dirilis CAAD pada September 2023 dalam publikasi berjudul Climate of Misinformation:Ranking Big Tech.
Baca juga: Dunia Hampir Kehabisan Waktu Melawan Perubahan Iklim
Setelah X, empat platform dengan nilai terburuk secara berurutan adalah Google dengan enam poin, Meta (Facebook dan Instagram) dengan delapan poin, TikTok dengan sembilan poin, dan Pinterest dengan 12 poin.
Rendahnya peringkat X dalam penilaian ini disebabkan karena Twitter dinilai gagal memenuhi hampir semua kriteria mengenai kebijakan misinformasi iklim.
Laporan tersebut mencatat, sejak Elon Musk mengakuisisi X tahun lalu, platform tersebut semakin kebingungan mengenai bagaimana penegakkan kebijakan dan bagaimana perusahaan membuat keputusan konten.
"Akuisisi perusahaan oleh Elon Musk telah menciptakan ketidakpastian tentang kebijakan mana yang masih berlaku dan mana yang tidak," kata laporan itu.
Baca juga: Perang dan Krisis Iklim Ancam Pembangunan, Solidaritas Dibutuhkan
Satu-satunya poin yang diterima X dalam laporan tersebut adalah platform ini memenuhi salah satu persyaratan yang memiliki kebijakan privasi yang mudah diakses dan dibaca.
X juga merupakan satu-satunya platform yang tidak memiliki proses pelaporan yang jelas dalam menandai konten berbahaya atau menyesatkan agar dapat ditinjau lebih lanjut.
Dilansir dari The Guardian, media sosial dan perusahaan teknologi besar telah lama kesulitan membuat kebijakan yang efektif dan koheren mengenai moderasi konten.
Berbagai peristiwa seperti pandemi Covid-19 dan pilpres AS pada 2020 adalah kejadian dengan contoh membeludaknya penyebaran misinformasi di dunia maya.
Baca juga: Perubahan Iklim Kacaukan Capaian SDGs, Solusi Berbasis Sains Semakin Penting
Di sisi lain, tidak ada satu pun dari lima platform tersebut merilis laporan publik mengenai bagaimana perubahan algoritma mereka memengaruhi misinformasi iklim.
CAAD meminta adanya perubahan terhadap kebijakan perusahaan platform media sosial yang besar, termasuk menetapkan pedoman yang jelas mengenai iklim.
Selain itu perusahaan juga didesak memperbarui kebijakan privasi untuk menunjukkan penjualan data pribadi pengguna kepada pengiklan yang mungkin terkait dengan industri bahan bakar fosil.
Baca juga: Dari Indonesia hingga AS, Aksi Iklim Serempak Dilakukan dalam Global Climate Strike 2023
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya