Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 20 September 2023, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Persatuan dan solidaritas global diperlukan dalam menghadapi berbagai krisis yang mengakibatkan kemunduran pembangunan selama beberapa dekade dan membuat jutaan orang jatuh ke dalam kemiskinan.

Presiden Majelis Umum PBB Dennis Francis dalam pidatonya pada pembukaan Debat Umum ke-78, Selasa (19/9/2023) menggarisbawahi peran Majelis Umum (general assembly) sebagai platform unik dan benar-benar global untuk berdebat, berdialog, dan menyelesaikan masalah melalui diplomasi multilateral.

Debat Umum ini digelar untuk pertama kali sejak dimulainya pandemi Covid-19 lebih dari tiga tahun yang lalu. Dihadiri kepala negara dan pemerintahan dari sebagian besar 193 Negara Anggota PBB.

“Tahun ini tujuan kita sudah jelas: menyatukan bangsa-bangsa, bersatu dalam keyakinan akan tujuan bersama dan dalam solidaritas aksi bersama,” kata Francis.

Baca juga: Sekjen PBB: Tujuan SDGs 2030 Meleset di Luar Jalur

Ia menekankan pendekatan bersama sangat penting, sama seperti pada titik mana pun dalam sejarah, ketika komunitas internasional menghadapi konflik, perubahan iklim, utang, krisis energi dan pangan, serta kemiskinan dan kelaparan.

Tantangan-tantangan ini membalikkan kemajuan pembangunan yang telah dicapai dengan susah payah selama beberapa dekade, sehingga menyebabkan jutaan orang mengalami kemiskinan dan kesulitan seumur hidup.

Dengan menyerukan rasa kemanusiaan yang sama, Francis meminta para pemimpin untuk memanfaatkan peluang platform Majelis Umum secara penuh dan efektif sebagai forum global untuk memicu perubahan.

“Mari kita dengarkan dan pelajari. Mari kita membangun kembali kepercayaan dan menyalakan kembali solidaritas global. Dan mari kita mencari titik temu untuk mengatasi tantangan yang kita hadapi,” ujarnya.

Francis juga menyinggung perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung berakhir. “Perang yang mengerikan” ini telah menimbulkan penderitaan yang tak terhitung dan berdampak buruk di seluruh dunia, memengaruhi ketahanan pangan dan harga energi, dan bahkan meningkatkan ancaman yang tidak masuk akal berupa perang nuklir.

“Kita semua ingin perang ini berakhir. Ini merupakan penghinaan terhadap segala sesuatu yang diperjuangkan oleh organisasi ini dan Piagam PBB,” lanjut Francis.

Perdamaian dan pembangunan berkelanjutan

Francis juga menyoroti perlunya perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Ukraina dan kawasan lain, mulai dari Afrika hingga Timur Tengah.

Dia menyatakan keprihatinan atas kebangkitan kudeta di Afrika dan menyerukan analisis lebih lanjut mengenai akar penyebab tren yang mengkhawatirkan ini.

Baca juga: Setelah Pendidihan Global, Sekjen PBB Sebut Era Kerusakan Iklim Telah Dimulai

Pekan Tingkat Tinggi Majelis Umum PBB dimulai pada hari Senin dengan pertemuan puncak untuk menyelamatkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), yang bertujuan menciptakan masa depan yang lebih adil dan hijau bagi semua orang dan planet Bumi pada tahun 2030.

Karena krisis global yang berkepanjangan dan kurangnya pendanaan, 17 tujuan SDGs tersebut terancam, dan lebih dari satu miliar orang masih hidup dalam kemiskinan.

“Tanggung jawab ada pada kita secara kolektif –untuk menebus momentum yang hilang dan bekerja lebih keras dalam tujuh tahun tersisa untuk mempercepat kemajuan yang telah kita janjikan untuk dicapai,” cetus Francis.

Selain Debat Umum, tahun ini juga menandai peringatan 75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Francis kembali menekankan komitmennya untuk memperjuangkan kelompok rentan dan terpinggirkan, termasuk masyarakat adat, penyandang disabilitas, dan lansia.

Baca juga: PBB: Negara Wajib Lindungi Hak Anak dari Kerusakan Lingkungan dan Krisis Iklim

Ia juga berjanji untuk terus menarik perhatian pada negara-negara terbelakang, negara-negara berkembang yang terkurung daratan, dan negara-negara berkembang kepulauan kecil.

“Tetapi yang pertama dan terpenting, kita perlu bekerja untuk semua perempuan dan anak perempuan, yang masih berjuang guna mencapai kesetaraan dan rasa hormat,” katanya.

Seluruh pihak harus menjalankan apa yang dikatakan mengenai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Hal ini berarti partisipasi perempuan secara penuh, setara, dan bermakna di setiap tingkatan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau