"Indonesia merupakan pemasok utama logam-logam penting yang dibutuhkan untuk transisi energi terbarukan, namun banyak fasilitas smelter yang sudah beroperasi maupun yang sedang direncanakan masih menggunakan tenaga batu bara," tulis para peneliti CREA dan GEM dalam laporannya.
Lebih dari separuh usulan penambahan kapasitas PLTU batu bara hingga Juli 2023 adalah untuk kebutuhan captive.
Berdasarkan dataset terbaru, 14,4 GW kapasitas PLTU Batu bara captive berstatus diusulkan atau sedang dalam tahap konstruksi.
Di satu sisi, Indonesia berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon atau net zero emission (NZE) pada tahun 2060, salah satu upayanya adalah melakukan transisi energi.
Baca juga: Upaya Pengurangan Konsumsi Batu Bara PLTU Terkendala Ketersediaan Biomassa
CREA dan GEM menyebutkan, upaya pemerintah Indonesia untuk beralih dari batu bara dan bertransisi ke energi bersih sampai saat ini masih terbatas pada sektor ketenagalistrikan
Laporan tersebut menyebutkan, pemerintah belum menetapkan rencana untuk menghentikan PLTU captive di sektor industri secara tepat waktu.
"Kesenjangan yang bermasalah ini diperjelas oleh kebijakan dan peraturan yang ada, yang mengizinkan pengembangan PLTU batu bara baru untuk industri terintegrasi dalam kondisi tertentu," ujar para peneliti CREA dan GEM dalam laporannya.
Baca juga: Penelitian: Co-firing Bukan Solusi Efektif Pangkas Emisi dan Polusi PLTU Batu Bara
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya