Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Pengurangan Konsumsi Batu Bara PLTU Terkendala Ketersediaan Biomassa

Kompas.com - 09/09/2023, 14:16 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

BALIKPAPAN, KOMPAS.com-Upaya pemerintah mengurangi penggunaan batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) lewat mekanisme co-firing biomassa ternyata menghadapi beberapa tantangan.

Ketersediaan bahan baku dan tingginya harga merupakan dua di antaranya.

Semisal yang terjadi di PLTU Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, yang sudah menguji coba co-firing sejak 2022.

Setelah serangkaian uji coba, biomassa baru bisa mengurangi konsumsi batu bara di pembangkit itu sampai 3 persen. 

Baca juga: Penelitian: Co-firing Bukan Solusi Efektif Pangkas Emisi dan Polusi PLTU Batu Bara

Sebagai informasi, dalam sehari, PLTU Teluk Balikpapan bisa menggunakan 3.000 ton batu bara.

"Target pemanfaatan (biomassa) kami tinggi, tapi suplai terbatas sehingga kecil sekali pemanfaatan co-firing," sebut Asisten Manajer Operasi PLTU Teluk Balikpapan Didik Ridho Laksono di kantornya, Rabu (6/9/2023).

Padahal, kata Didik, adanya campuran biomassa dalam batu bara meningkatkan efisiensi pembangkit.

Cacahan limbah kayu di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur. Hasil olahan limbah ini menjadi bahan co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Balikpapan untuk mengurangi penggunaan batu bara.KOMPAS.com/TEUKU MUHAMMAD VALDY ARIEF Cacahan limbah kayu di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur. Hasil olahan limbah ini menjadi bahan co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Balikpapan untuk mengurangi penggunaan batu bara.

Hingga kini, PLTU tersebut masih menggantungkan sumber bauran energi terbarukan itu dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar dan pasokan cacahan kayu limbah dari seantero Balikpapan.

Namun, kedua sumber itu dianggap belum bisa memenuhi kebutuhan.

Dari 7.078,55 ton biomassa yang dibutuhkan dalam setahun, hingga Agustus 2023, hanya 23,06 ton disalurkan.

Baca juga: Mengenal Penggunaan Woodchips dalam Sistem Co-Firing PLTU Bangka

Team Leader Bahan Bakar PLTU Teluk Balikpapan Septian Suryapradana mengungkapkan, selain cacahan kayu limbah sebenarnya ada biomassa lain yang bisa digunakan untuk co-firing yaitu cangkang biji kelapa sawit.

Hanya saja, harga jualnya yang terlalu tinggi sampai melewati harga jual batu bara membuat biomassa itu tidak dipilih untuk bahan bakar.

"Cangkang sawit kalorinya bagus, jauh di atas batu bara, tapi tidak feasible," sebut Septian.

Jumputan padat hasil pengolahan limbah di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur, yang dipakai untuk mengurangi konsumsi batu bata di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Teluk Balikpapan.KOMPAS.com/TEUKU MUHAMMAD VALDY ARIEF Jumputan padat hasil pengolahan limbah di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur, yang dipakai untuk mengurangi konsumsi batu bata di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Teluk Balikpapan.

Menurutnya, aturan yang dikeluarkan Direksi Perusahaan Listrik Negara (PLN) selaku induk perusahaan PLTU Teluk Balikpapan melarang pemanfaatan biomassa dengan harga melampaui batu bara.

Sedangkan Kepala UPTD TPA Sampah Manggar Balikpapan Muhammad Haryanto menyebutkan, produksi jumputan padat dan pengelolahan limbah pohon untuk PLTU Teluk Balikpapan paling banyak 10 ton per bulan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut: Tambang Masih Bakal Lanjut tetapi Disertai Rehabilitasi
Kemenhut: Tambang Masih Bakal Lanjut tetapi Disertai Rehabilitasi
Pemerintah
Masjid Jami Soeprapto Soeparno Dibangun, Simbol Inklusi dan Upaya Merawat Nilai-nilai Sosial
Masjid Jami Soeprapto Soeparno Dibangun, Simbol Inklusi dan Upaya Merawat Nilai-nilai Sosial
Swasta
Sun Energy Gandeng UI Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa dalam 'Green Job' Energi Surya
Sun Energy Gandeng UI Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa dalam "Green Job" Energi Surya
Swasta
14 dari 15 Jenis Tarsius Ada di Indonesia, tapi Habitatnya Terus Tergerus
14 dari 15 Jenis Tarsius Ada di Indonesia, tapi Habitatnya Terus Tergerus
Swasta
Lahan Kritis Capai 12 Juta Hektare, Kemenhut Beberkan Rencana Mengatasinya
Lahan Kritis Capai 12 Juta Hektare, Kemenhut Beberkan Rencana Mengatasinya
Pemerintah
Sederet Langkah Pemerintah Genjot EBT untuk Amankan Energi
Sederet Langkah Pemerintah Genjot EBT untuk Amankan Energi
Pemerintah
Resistensi Antimikroba Berpotensi Rugikan Ekonomi Global 100 Triliun Dolar AS
Resistensi Antimikroba Berpotensi Rugikan Ekonomi Global 100 Triliun Dolar AS
LSM/Figur
OceanX–BRIN–KI Dukung Target Konservasi dan Perikanan Berkelanjutan
OceanX–BRIN–KI Dukung Target Konservasi dan Perikanan Berkelanjutan
LSM/Figur
Biochar Diangkat Jadi Andalan Baru Tekan Emisi GRK
Biochar Diangkat Jadi Andalan Baru Tekan Emisi GRK
Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Pemerintah
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Pemerintah
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
LSM/Figur
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Swasta
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
LSM/Figur
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau