KOMPAS.com – Indonesia dan Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) menjalin kerja sama memperkuat South-South and Triangular Cooperation atau Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KKST).
Kerja sama tersebut meliputi wilayah kawasan Pasifik termasuk Selatan Afrika maupun Selatan Asia.
Kesepatakan terjalin saat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menggelar pertemuan bilateral dengan Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu di Kantor Pusat FAO, Roma, Italia.
Baca juga: Dukung Pertanian Modern, Moeldoko: Perlu Kebijakan Baru
SYL menyampaikan, KSST merupakan hasil dari pertemuan kelompok kerja pertanian G20 saat menjadi presidensi tahun lalu.
Sebelumnya, Indonesia telah memulai pelaksanaan proyek pembangunan pusat pelatihan dan demontrasi pertanian di Fiji melalui Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI).
“Salah satu yang dibahas dalam pertemuan ini adalah program prioritas yang berkaitan dengan kepentingan substansial tidak hanya untuk indonesia tetapi juga kemajuan pertanian dunia,” kata SYL dalam keterangan resmi, Rabu (27/9/2023).
Dia mengaku optimistis bahwa proyek KSST dapat memberikan manfaat besar bagi pencapaian ketahanan pangan kawasan pasifik.
Baca juga: Pertanian Paling Terdampak Perubahan Iklim, Produksi Bisa Merosot
SYL mengatakan, KSST merupakan proyek strategis dalam menambah kemampuan pangan masing-masing negara di dunia.
Dengan begitu, SYL berharap FAO mendukung semua proyek KSST baik secara teknis maupun strategis.
“Kami juga akan terus berkoordinasi dengan perwakilan FAO di Indonesia untuk mengindentifikasi potensi kerja sama dengan berbagai negara,” paparnya.
Dia juga berharap agar FAO bisa mengoptimalkan kehadiran Indonesia di Roma seperti Atase Pertanian dan jajaran Kedutaan Besar RI dalam mewujudkan proyek KSST yang berkelanjutan.
“Dan yang tak kalah penting kami punya orang indonesia yang banyak disini,” ucap SYL.
Baca juga: Eratani Tegaskan Komitmen Perkuat Sektor Pertanian lewat Agritech
KSST merupakan proyek kerja sama antar negara-negara berkembang sebagai sarana untuk saling berbagi pengalaman dan mencari solusi atas tantangan bersama di bidang pembangunan.
Konfigurasi skema KSST terdiri dari beberapa bagian yakni negara selatan (sebutan lain untuk negara sedang berkembang) penerima bantuan, negara selatan pemberi bantuan (donor), serta negara maju dan institusi multilateral sebagai donor dan pendukung.
Sejak 1980-an, Indonesia mulai beralih menjadi negara donor dan terus berkomitmen untuk memperkuat KSST.
SYL turut mengapresiasi dukungan FAO selama lebih dari 40 tahun melalui berbagai proyek kerja sama.
Contohnya adalah menghadapi ancaman anomali cuaca, krisis pangan, degradasi lahan, hilangnya keanekaragaman hayati, serta penanganan wabah penyakit hewan.
Baca juga: 6 Dampak El Nino Terhadap Pertanian
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya