Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Bumi Makin Mengkhawatirkan, Pemimpin Indonesia Harus Pro-Lingkungan

Kompas.com, 27 Oktober 2023, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Pakar Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Mahawan Karuniasa mengatakan, pemimpin Indonesia perlu memenuhi kriteria pro-kesejahteraan ramah lingkungan.

Dosen Program Studi Ilmu Lingkungan UI tersebut menambahkan, pemimpin Indonesia juga perlu memiliki ambisi keberlanjutan yang tinggi, mengingat kondisi Bumi kian mengkhawatirkan.

Hal tersebut disampaikan Mahawan dalam sebuah dialog bertajuk "Mencari Figur Pemimpin Pro-Lingkungan" di Jakarta, Kamis (26/10/2023).

Baca juga: 13 Musisi Indonesia Bersatu Suarakan Aksi Iklim, Luncurkan Album “sonic/panic”

Mahawan berujar, para ilmuwan baru saja menyelesaikan sembilan indikator kondisi bumi yang aman bagi manusia.

“Namun enam di antaranya telah melampaui batas aman, di luar level safe operating space, termasuk perubahan iklim, polusi, dan merosotnya keanekaragaman hayati,” ujar Mahawan, sebagaimana dilansir Antara.

Mahawan memaparkan, beberapa kriteria pro-kesejahteraan ramah lingkungan yang dimaksud seperti mampu menjaga kedaulatan sumber daya alam (SDA) tidak terbarukan dengan menutup kran ekspor, menghemat, dan mengutamakan kepentingan dalam negeri.

Kriteria lainnya adalah mengendalikan SDA terbarukan, seperti menciptakan swasembada pangan, mempercepat penyediaan energi bersih, dan mengendalikan jumlah penduduk yang terus membengkak.

Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Badai Menguat dengan Cepat

Selanjutnya, pemimpin baru mesti mampu menghadapi triple planetary crisis alias tiga krisis planet dengan memangkas emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatkan adaptasi.

Adaptasi yang dimaksud terutama fokus tersebut kelompok rentan iklim, merestorasi dan menjaga ekosistem daratan serta lautan, hingga penegakan hukum pencemaran lingkungan.

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa kriteria pemimpin baru lainnya harus mampu menciptakan konsep kesejahteraan dan pembangunan sumber daya manusia (SDM).

Pasalnya, saat ini kesejahteraan cenderung diukur dengan ekonomi, namun kenyataannya tidak sejalan dengan tingkat kebahagiaan masyarakat yang ingin dicapai.

Kemudian, pemimpin baru juga harus bisa membangun sistem politik dan ekonomi yang tidak merusak lingkungan, serta membangun etika bumi yang mendorong pemangku kepentingan menjaga kehidupan yang harmonis dengan alam.

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Kehidupan Tumbuhan Jadi Punah

“Tidak ada pilihan lain bagi Indonesia untuk menjaga kelestarian bumi karena itu menjadi syarat negara maju,” jelas Mahawan.

“Jadi, semua pihak perlu mendorong agar pemimpinnya mengembangkan kapasitas untuk memiliki kriteria pemimpin yang pro-kesejahteraan ramah lingkungan,” imbuhnya.

Sementara itu, Peneliti Iklim dan Kehutanan Universitas Bina Nusantara Danu Birma mengutarakan, saat ini para pemimpin masih memiliki sense of crisis yang minim.

Sedangkan, Peneliti dan Analis Senior Indikator Politik Indonesia, Kennedy Muslim menyoroti kesadaran lingkungan pemilih muda yang semakin peduli isu lingkungan.

Akan tetapi, keterlibatan para pemilih muda masih sangat terbatas dalam membangun gagasan kebangsaan terutama untuk membangun masa depan.

Baca juga: Diplomasi Iklim dan Energi ASEAN Belum Sentuh Masyarakat

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Sampel Udara Berusia 35 Tahun Tunjukkan Perubahan Ritme Alam akibat Iklim
Sampel Udara Berusia 35 Tahun Tunjukkan Perubahan Ritme Alam akibat Iklim
LSM/Figur
Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya
Swasta
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
IBF dan AKCI Resmi Jalin Kolaborasi Perdana untuk Pelestarian Ekosistem di Lombok
LSM/Figur
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
RSPO Belum Terima Laporan Dugaan Anggota Sebabkan Banjir Sumatera
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau