Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama di Dunia, Satelit yang Mampu Pantau Karbon Dioksida PLTU Captive Diluncurkan

Kompas.com - 13/11/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Perusahaan pemantau emisi asal Kanada, GHGSat, meluncurkan satelit yang bisa mendeteksi dan emisi karbon dioksida dari fasilitas privat, contohnya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) captive.

Satelit tersebut diberi nama Vanguard dan diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California, Sabtu (11/11/2023).

Vanguard dapat memantau emisi karbon dioksida dari suatu tempat seperti fasilitas industri atau PLTU, sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Pengusaha Hutan Sebut Perdagangan Karbon Indonesia Hadapi Tantangan

Data yang diperoleh oleh Vanguard bisa dijual oleh GHGSat kepada pihak penghasil emisi yang ingin mengurangi emisi mereka, atau kepada pemerintah dan ilmuwan.

Selain itu, Vanguard juga direncanakan dapat menjaling jaringan dengan satelit sebelumnya yang sudah mendeteksi metana.

Metana merupakan salah satu emisi GRK yang sulit dideteksi karena cenderung bocor dari berbagai sumber kecil termasuk jaringan pipa, lokasi pengeboran, dan peternakan.

Reuters melaporkan, saat ini teknologi penginderaan dari antariksa, seperti satelit, semakin populer dan semakin banyak digunakan.

Baca juga: CDC 2023, Upaya Menjadikan Indonesia sebagai Hub Karbon Dunia

Berkembangnya teknologi tersebut dipakai untuk meminta pertanggungjawaban dari industri penghasil emisi GRK, penyebab utama perubahan iklim dan pemanasan global.

CEO GHGSat Stephane Germain mengatakan, data-data yang dikumpulkan oleh Vanguard akan membantu memperkuat praktik pemantauan dan pengukuran emisi karbon dioksida.

“Sering kali apa yang kami temukan merupakan gabungan antara pengukuran dan perkiraan langsung. Oleh karena itu pengukuran langsung seluruh fasilitas dari satelit akan bertindak sebagai validasi,” kata Germain dalam sebuah wawancara.

Germain menuturkan, kehadiran satelit pemantau metana sebelum Vanguard telah menunjukkan bahwa emisi tersebut rupanya jauh lebih tinggi daripada perkiraan.

Baca juga: Implementasi Penangkap dan Penyimpan Karbon di Indonesia Dinilai Tidak Tepat

Berkaca dari kasus itulah, kehadiran Vanguard diharapkan dapat melacak emisi karbon dioksida secara lebih akurat dibandingkan perkiraan selama ini.

Data-data yang diperoleh oleh Vanguard akan membantu meningkatkan keakuratan pendataan emisi dari pemerintah.

Data tersebut juga dapat meningkatkan akurasi pemodelan ilmiah serta akan meningkatkan kualitas pelaporan emisi GRK dari perusahaan kepada investor.

Baca juga: Dukung Perdagangan Karbon, IDCTA Gelar Carbon Digital Conference 2023

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Pertanian Tak Berkelanjutan Sebabkan Degradasi Lahan, Arab Saudi Luncurkan Agenda Aksi Riyadh

Pertanian Tak Berkelanjutan Sebabkan Degradasi Lahan, Arab Saudi Luncurkan Agenda Aksi Riyadh

Pemerintah
Desa Sejahtera Astra Boja Farm Berhasil Ekspor Hasil Pertanian Organik

Desa Sejahtera Astra Boja Farm Berhasil Ekspor Hasil Pertanian Organik

Pemerintah
Desa Sejahtera Astra, Dukung Ekonomi Masyarakat yang Ramah Lingkungan

Desa Sejahtera Astra, Dukung Ekonomi Masyarakat yang Ramah Lingkungan

Swasta
Australia Berpotensi Jadi Pemimpin Dunia dalam Industri Besi Hijau

Australia Berpotensi Jadi Pemimpin Dunia dalam Industri Besi Hijau

Pemerintah
COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

LSM/Figur
Di Forum Dunia, Petani Gurem Dapat Perhatian Serius

Di Forum Dunia, Petani Gurem Dapat Perhatian Serius

LSM/Figur
Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

LSM/Figur
Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Pemerintah
Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

LSM/Figur
Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Pemerintah
Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

LSM/Figur
Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Pemerintah
42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

Pemerintah
Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Pemerintah
Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau