Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/11/2023, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia perlu menentukan positioning atau menempatkan posisinya di dalam pasar perdagangan hidrogen global agar tidak kehilangan peluang di masa depan.

Hal tersebut disampaikan Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eniya Listiani Dewi dalam webinar "Energi Hijau dan Reduksi Emisi Karbon" di Jakarta, Rabu (15/11/2023).

Eniya mengatakan, saat ini berbagai negara di dunia sudah menempatkan posisinya di pasar hidrogen global salah satunya termasuk Australia yang memiliki fokus pada pasar ekspor hidrogen.

Baca juga: Tumbuhkan Ekosistem Hidrogen, Indonesia Perlu Banyak Kolaborasi

"Kita akan menjadi salah satu sasaran (pasar) juga bagi mereka (industri hidrogen Australia). Jangan sampai ini terjadi," kata Eniya, sebagaimana dilansir Antara.

"Mereka (Australia) baru membuat tatanan, jadi ada baiknya Indonesia mulai menempatkan diri, bagaimana positioning kita," sambungnya.

Menurut dia, Australia juga sudah memetakan potensi hidrogen yang mereka produksi secara detail.

Produsen hidrogen cair atau liquid hydrogen di Australia juga mulai banyak bertumbuh. Oleh sebab itu, langkah-langkah tersebut perlu diwaspadai oleh Indonesia.

Baca juga: BRIN Bidik Indonesia Jadi Pemasok Hidrogen Hijau di Pasar Global

Dia mengingatkan, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi hidrogen hijau.

Contohnya, kata Eniya, gasifikasi batu bara untuk menghasilkan hidrogen. Sementara karbonnya dapat ditangkap secara efisien dengan menggunakan teknologi penangkap karbon.

Eniya menyebutkan, sejauh ini sudah ada 40 negara di dunia yang telah memiliki peta jalan atau roadmap mengenai pengembangan hidrogen.

Bahkan, Malaysia sudah meluncurkan Hydrogen Economy and Technology Roadmap (HETR) belum lama ini.

Baca juga: Pulau Semau NTT Jadi Lokasi Proyek Percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Hidrogen

Menurutnya, kehadiran peta jalan tersebut penting karena menjadi pegangan bagi para investor yang mempertimbangkan rencana investasi pengembangan energi hijau.

Namun, sejauh ini Indonesia masih dalam proses menggodok peta jalan hidrogen nasional.

Diharapkan, peta jalan yang memuat target pengembangan hidrogen hingga 2060 itu selesai dalam waktu dekat.

"Sekarang roadmap hidrogen sedang dibahas di nasional. Setelah ada inisiasi dari BRIN serta Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE), strategi hidrogen nasional sekarang sedang dibuat oleh Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral)," tutur Eniya.

"Di dalamnya ada peta jalan hidrogen dan amonia nasional, juga mengenai hulu-hilir supply chain atau rantai pasoknya seperti apa," imbuhnya.

Baca juga: Kejar Netralitas Karbon, Pemerintah Berencana Kembangkan Hidrogen hingga Nuklir

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Studi: Air Tawar Dunia Menyusut, Sumbang Kenaikan Permukaan Laut Lebih Besar
Studi: Air Tawar Dunia Menyusut, Sumbang Kenaikan Permukaan Laut Lebih Besar
Pemerintah
Greenpeace: Kemerdekaan Sejati Butuh Keadilan Iklim, Presiden Mengabaikannya
Greenpeace: Kemerdekaan Sejati Butuh Keadilan Iklim, Presiden Mengabaikannya
LSM/Figur
ICJ Akui Krisis Iklim sebagai Isu HAM, Tapi Abaikan Hak Anak
ICJ Akui Krisis Iklim sebagai Isu HAM, Tapi Abaikan Hak Anak
Pemerintah
Subsidi Turun, Tarif Trump Menghantam, Tapi Penjualan EV Melonjak
Subsidi Turun, Tarif Trump Menghantam, Tapi Penjualan EV Melonjak
Swasta
SBTi: Target Emisi Industri Meroket, China Pimpin dengan 228 Persen
SBTi: Target Emisi Industri Meroket, China Pimpin dengan 228 Persen
Swasta
Rusa Kutub Diperkirakan Turun 84 Persen pada 2100 akibat Krisis Iklim
Rusa Kutub Diperkirakan Turun 84 Persen pada 2100 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Jaga Kelestarian Hutan, Toba Pulp Lestari Raih Prima Wana Karya 2025
Jaga Kelestarian Hutan, Toba Pulp Lestari Raih Prima Wana Karya 2025
Swasta
HUT ke-80 RI, Pemprov DKI Kerahkan 1.800 Petugas Kebersihan
HUT ke-80 RI, Pemprov DKI Kerahkan 1.800 Petugas Kebersihan
Pemerintah
Pompa Tenaga Surya PIS Salurkan 5 Juta Liter Air Bersih bagi Petani Pedalaman Labuan Bajo
Pompa Tenaga Surya PIS Salurkan 5 Juta Liter Air Bersih bagi Petani Pedalaman Labuan Bajo
BUMN
Ide Baru: Ranting Anggur Jadi Pengganti Plastik, 17 Hari Terurai
Ide Baru: Ranting Anggur Jadi Pengganti Plastik, 17 Hari Terurai
LSM/Figur
Walhi Kritik Pemerintah: Gagah ke Petani, Loyo pada Korporat Pembakar Hutan
Walhi Kritik Pemerintah: Gagah ke Petani, Loyo pada Korporat Pembakar Hutan
LSM/Figur
Studi: Kematian akibat Karhutla 93 Persen Lebih Tinggi dari Perkiraan
Studi: Kematian akibat Karhutla 93 Persen Lebih Tinggi dari Perkiraan
LSM/Figur
Peningkatan Kadar CO2 Ancam Reproduksi Serangga
Peningkatan Kadar CO2 Ancam Reproduksi Serangga
Pemerintah
KSBSI Minta Pemerintah Perhatikan Nasib Buruh yang Terdampak Perubahan Iklim
KSBSI Minta Pemerintah Perhatikan Nasib Buruh yang Terdampak Perubahan Iklim
LSM/Figur
Reformasi Sistem Pangan Dunia Bisa Selamatkan Lahan Seluas 43 Juta Km Persegi
Reformasi Sistem Pangan Dunia Bisa Selamatkan Lahan Seluas 43 Juta Km Persegi
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau