KOMPAS.com - Profesor riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eniya Listiani Dewi mengatakan, Indonesia membutuhkan keseriusan untuk menumbuhkan ekosistem hidrogen melalui kolaborasi antara pemerintah dengan berbagai organisasi terkait.
"Indonesia harus banyak melakukan kolaborasi antara pemerintah dan organisasi-organisasi, terlebih dari kepemudaan, karena diperlukan pada saat di masa transisi ini," kata Eniya di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu (8/11/2023).
Menurut dia, banyak negara saat ini telah menyusun berbagai strategi untuk menciptakan hidrogen terbaik yang nantinya akan dijual.
Baca juga: BRIN Bidik Indonesia Jadi Pemasok Hidrogen Hijau di Pasar Global
Sementara itu, Indonesia tidak kekurangan sumber daya alam. Nusantara memiliki potensi energi terbarukan melimpah yang bisa membangkitkan listrik untuk menghasilkan hidrogen.
Indonesia mempunyai potensi besar untuk memproduksi listrik dari energi terbarukan dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW). Sementara itu, pemanfaatannya baru sekitar 12,5 GW.
"Sehingga ini yang harus kita waspadai, karena Indonesia belum ada titiknya," ucap Eniya, sebagaimana dilansir Antara.
"Padahal kita punya potensi yang luar biasa dibandingkan dengan negara lain. bahkan Afrika, menyatakan diri mau ekspor," sambung Eniya.
Negara tetangga Indonesia, Australia, juga disebut sudah mempersiapkan diri dengan sangat matang dan mengeklaim akan menjadi pemain utama hidrogen dunia.
Baca juga: Pulau Semau NTT Jadi Lokasi Proyek Percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Hidrogen
"Australia gerakannya bersiap diri, dia sudah membuat roadmap (peta jalan), dan melakukan semuanya sesuai dengan roadmap-nya. Sehingga banyak investor yang datang," papar Eniya
Australia, menurut Eniya, sudah sangat detail memetakan proyeksi masa depan untuk industri hidrogen cair. Hal tersebut harus diwaspadai oleh Indonesia.
"Jangan sampai market kita sudah tidak ada, gara-gara sudah diserap atau diambil oleh mereka," ujarnya.
Oleh karena itu, dengan potensi sumber daya alam yang begitu subur, Indonesia harus bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga bisa menjadi pemain utama hidrogen.
"Potensi Indonesia sangat besar, bahkan IKN (Ibu Kota Nusantara) nantinya menyatakan akan menggunakan 20 persen hidrogen yang akan digunakan untuk kebutuhan pendukung energinya," tuturnya.
Baca juga: Kejar Netralitas Karbon, Pemerintah Berencana Kembangkan Hidrogen hingga Nuklir
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya