Para ilmuwan memperkirakan, suhu global akan meningkat sebesar 2,5 hingga 3 derajat celsius pada akhir abad ini.
Perkiraan tersebut jauh di atas tujuan Perjanjian Paris yang menargetkan suhu Bumi tidak naik 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri.
Taalas menuturkan, perubahan iklim ini bukan hanya masalah suhu, melainkan sebuah perubahan besar dan luas bagi kehidupan makhluk hidup.
“Seluruh planet ini mengalami peningkatan gelombang panas, sekitar setengah dari planet ini menghadapi peningkatan kejadian banjir dan sepertiga dari planet ini menghadapi peningkatan kekeringan,” tutur Taalas.
Baca juga: Serapan Emisi GRK Ditarget Seimbang 2030, Sektor Hutan Butuh Investasi Rp 219,66 Triliun
Dia menggarisbawahi, beberapa negara di dunia mengalami peningkatan ancaman kekeringan. Benua Afrika bahkan dilanda kekeringan dan banjir dalam skala besar.
Untuk memitigasi dampak perubahan iklim, Taalas mengatakan Afrika harus menekankan adaptasi iklim.
“Dari pihak kami, salah satu cara ampuh untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim adalah dengan meningkatkan layanan peringatan dini. Dan banyak negara Afrika memiliki rencana adaptasi nasional,” kata Taalas.
“Misalnya, di negara-negara seperti Etiopia dan Kenya, mereka sudah mulai menggunakan irigasi untuk meningkatkan pertanian mereka. Dan itu adalah salah satu cara untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim,” jelas Taalas.
Baca juga: Percepatan Aksi Iklim Penting Guna Mewujudkan Emisi Nol Bersih
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya