KOMPAS, Senin (13/11/23), menyajikan liputan rendahnya jumlah anak disabilitas yang mengenyam bangku pendidikan sekolah.
Pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, termasuk anak disabilitas dan berkebutuhan khusus. Akses terhadap pengetahuan adalah hak setiap individu warga negara.
Pemerintah berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana agar setiap individu anak bangsa, termasuk penyandang disabilitas mendapatkan pendidikan dan pengetahuan.
Sarana dan prasarana pendidikan untuk anak penyandang disabilitas perlu disesuaikan dengan kondisi dan jenis disabilitasnya.
Sebagai contoh, jumlah penyandang disabilitas netra di Indonesia kurang lebih 3,75 juta penduduk dan 40 persennya berada pada usia sekolah 6-18 tahun.
Perlu adanya media pembelajaran yang dapat digunakan oleh para penyandang disabilitas netra tersebut. Salah satunya adalah media pembelajaran yang berupa atlas khusus.
Badan Informasi Geospasial (BIG) menyusun dan mengembangkan atlas khusus untuk disabilitas netra.
Atlas adalah dokumen yang berisi kumpulan informasi terkait lokasi, tempat, fenomena dan peristiwa yang disajikan dalam bentuk peta.
Atlas berisi kombinasi informasi spasial berbentuk peta dengan informasi nonspasial berupa gambar, data angka, dan diagram.
Atlas dapat berupa informasi tematik dari berbagai sektor. Ada atlas pariwisata, atlas astronomi, atlas geologi, atlas sumber daya, atlas biodiversitas, atlas lingkungan, atlas sejarah dan lain sebagainya.
Atlas merupakan bentuk informasi geospasial tematik yang dapat digunakan untuk berbagai peruntukan dan kepentingan.
Atlas telah berkembang dengan pesat, tidak saja pada temanya, namun juga pada formatnya. Ada atlas digital, ada atlas hardkopi, dan ada atlas taktual.
Atlas khusus untuk penyandang disabilitas netra disebut atlas taktual. Taktual berasal dari kata “tactual” yang dapat diartikan sebagai sentuhan, atau upaya melakukan sentuhan, tindakan menyentuh.
Sentuhan merupakan suatu bentuk komunikasi untuk mendapatkan informasi.
Atlas taktual adalah informasi geospasial berupa peta yang cara membacanya melalui sentuhan dan rabaan.
Atlas taktual berisi peta dengan format khusus, di mana peta tersebut tidak memerlukan warna dalam membedakan obyek, yang lebih diutamakan adalah perbedaan tinggi-rendah, perbedaan kasar- halus, dan perbedaan jarak antarsatu obyek dengan obyek lainnya sehingga mampu dibedakan melalui rabaan jari.
Tentu informasi yang ada pada peta atau atlas taktual tidak dapat sepadat atau sekompleks informasi pada peta/atlas awas.
Atlas taktual akan membantu anak penyandang disabilitas netra mendapatkan pengetahuan, terutama tentang pemahaman keruangan, termasuk pemahaman kewilayahan tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Geo-literasi menjadi hak bagi semua warga negara. Atlas taktual merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan wilayah NKRI, sebagai bagian untuk meningkatkan wawasan kebangsaan.
Lebih lanjut, atlas taktual dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk pembentukan karakter cinta Tanah Air dan semangat membela negara, dengan meningkatkan kesadaran spasial melalui atlas taktual.
Atlas taktual memberikan informasi pada para penyandang disabilitas netra tentang negara kepulauan, konfigurasi pulau-pulau, tentang posisi dan lokasi Indonesia yang terletak di antara dua samudera dan dua benua.
Pemahaman dan pengetahuan tersebut sebagai dasar dalam wawasan kebangsaan.
Selain itu, pengembangan atlas taktual merupakan bagian dari upaya dan komitmen bersama untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, sustainable development goals (SDG), terutama pilar pembangunan sesuai tujuan ke 4, pendidikan yang berkualitas.
Dalam pendidikan yang berkualitas salah satu indikatornya adalah proporsi sekolah dengan akses terhadap infrastruktur dan materi memadai bagi siswa disabilitas, dengan semangat leave no one behind, tidak ada satu orangpun yang tertinggal.
Kedepan atlas taktual akan terus dikembangkan mengikuti kemajuan teknologi dan kebutuhan pengguna.
Atlas taktual juga akan dilengkapi dengan petunjuk teknis cara membaca untuk memudahkan proses pembelajarannya.
BIG telah menyusun SNI (standar nasional Indonesia) 8310.1-2016 tentang penyajian atlas taktual yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan atlas taktual oleh pihak lain.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya