KOMPAS.com – Sekitar 1.200 insinyur dari 10 negara di Asia Tenggara bertemu di Bali dalam Konferensi Organisasi Insinyur ASEAN (CAFEO) ke-41.
Mereka bakal membahas kontribusi dalam mendukung optimalisasi ekonomi biru dan energi hijau di kawasan.
“Pemikiran para insinyur ASEAN bisa berkontribusi secara regional dan ASEAN bisa maju bersama,” kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Danis Hidayat Sumadilaga menjelang pelaksanaan CAFEO ke-41 di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, Senin (20/11/2023).
Baca juga: PLN Resmikan 21 Pembangkit Hidrogen Hijau, Ini Daftarnya
Dia menuturkan, kawasan ASEAN memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar.
Sehingga, dukungan dari para insinyur sangat dibutuhkan untuk mempercepat penggarapan potensi tersebut.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi EBT di kawasan ASEAN diperkirakan mencapai 17.000 gigawatt (GW).
Sedangkan di Indonesia sendiri, potensi EBT diperkirakan mendekati 3.700 GW. Akan tetapi, yang baru dimanfaatkan baru mencapai 12,54 GW.
Baca juga: Usai “Konser Hijau” di Indonesia, Coldplay Ikut Donasi Kapal Pembersih Sampah Sungai Cisadane
Beberapa sumber EBT di ASEAN, termasuk yang dimiliki Indonesia, di antaranya adalah panas bumi, tenaga surya, biomassa, hingga tenaga angin.
Di satu sisi, potensi ekonomi biru di ASEAN juga besar. Pasalnya, sebagian besar wilayah dari 10 negara di Asia Tenggara berbatasan dengan kawasan laut.
Danis menyampaikan, para insinyur siap memberikan dukungan kepada ASEAN, termasuk Indonesia.
Salah satu dukungan yang diberikan adalah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang memiliki lima kebijakan dalam pengembangan ekonomi biru.
Kelima kebijakan tersebut adalah pengembangan wilayah konservasi, penangkapan ikan berbasis kuota, budi daya perikanan, pengawasan wilayah pesisir dan pulau kecil, serta upaya mengatasi pencemaran sampah di laut.
Baca juga: 5 Perusahaan Energi Skala Dunia Digaet Kembangkan Listrik Hijau di Indonesia
“Bagaimana memperluas persentase cakupan wilayah konservasi itu caranya dengan identifikasi daerah yang perlu pemetaan, perlu dukungan insinyur bidang pemetaan laut,” tutur Danir.
Danis menjelaskan, insinyur dari Indonesia yang hadir dalam pertemuan itu mencapai sekitar 400 orang. Sedangkan insinyur dari luar negeri termasuk ASEAN mencapai sekitar 800 orang.
Pertemuan para insinyur tahun ini di Bali menekankan kolaborasi mendukung ekonomi biru dan energi hijau melalui pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang sesama insinyur dari negara ASEAN.
Sebelum pelaksanaan CAFEO ke-41, untuk internal PII diawali dengan Rapat Pimpinan Nasional di Kampus Universitas Udayana, Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali.
Baca juga: Membangun Masa Depan Hijau, Menyelisik Kisah Inspiratif dari Kota-kota Berkelanjutan di Tanah Air
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya