KOMPAS.com – Untuk pertama kalinya, Bumi mengalami hari dengan kenaikan suhu di atas 2 derajat celsius dibandingkan pra-industri. Peristiwa ini terjadi pada Jumat (17/11/2023).
Kenaikan suhu Bumi tersebut melampaui Perjanjian Paris di mana dunia sepakat agar suhu Bumi tidak melampaui 1,5 derajat celsius secara ambisius atau 2 derajat celsius secara longgar.
Dilansir dari The Washington Post, Minggu (19/11/2023), fenomena tersebut tidak berarti upaya untuk membatasi pemanasan global telah gagal.
Baca juga: Akibat Pemanasan Global, Gletser di Greenland Mencair 5 Kali Lebih Cepat dalam 20 Tahun
Suhu harus melampaui 2 derajat celsius selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun sebelum para ilmuwan menganggap ambang batas telah terlampaui.
Namun hal ini merupakan pengingat yang jelas bahwa pemanasan global sedang bergerak ke arah yang semakin parah.
Apa yang terjadi pada Jumat terjadi setelah suhu panas yang memecahkan rekor memanggang berbagai belahan dunia selama beberapa bulan terakhir.
Ilmuwan iklim dari Stripe and Berkeley Earth, Zeke Hausfather, mengaku terkejut dengan fenomena yang terjadi pada Jumat.
Baca juga: Pemanasan Global Akan Capai Ambang 1,5 Derajat Celsius Dekade Ini
“Saya pikir meskipun kita tidak boleh terlalu memikirkan suhu di atas 2 derajat celsius (atau 1,5 derajat celsius) dalam satu hari, ini adalah tanda yang mengejutkan mengenai tingkat suhu global ekstrem yang akan kita alami pada tahun 2023,” kata Hausfather dalam pesannya kepada The Washington Post.
Di platform X (dulu Twitter), Wakil Direktur Copernicus Climate Change Service (C3S) Samantha Burgess mengatakan, suhu rata-rata global pada Jumat lebih tinggi 1,17 derajat celsius dibandingkan periode 1991-2020.
Burgess menuturkan, bila diperbandingkan lebih jauh lagi, rata-rata suhu Bumi memanas 2,06 derajat celsius dibandingkan era pra-industri atau antara tahun 1850-1900.
Pengamatan langsung yang akan dikumpulkan dan diperiksa oleh para ilmuwan dalam beberapa minggu mendatang dapat segera mengkonfirmasi rekor suhu tersebut.
Baca juga: Pemanasan Global Makin Parah, 216 Juta Orang Berpotensi Jadi Migran Iklim
Fakta bahwa Bumi telah mengalami batas pemanasan 2 derajat celsius selama setidaknya satu hari menambah tanda seru pada serangkaian rekor suhu yang tercatat dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya, suhu global mencatat rekor tertinggi pada Juli, Agustus, September, dan Oktober. Data C3S menunjukkan, tren tersebut kemungkinan akan berlangsung hingga November.
Sebelumnya, para ilmuwan mengatakan tahun 2023 hampir pasti akan menjadi tahun terpanas sejak pencatatan dilakukan, mengalahkan rekor sebelumnya pada 2016.
2023 juga kemungkinan akan menandai salah satu periode terpanas dalam 125.000 tahun atau era sebelum zaman es terakhir di bumi.
Baca juga: 10.000 Anak Penguin Kaisar Mati karena Es Laut Mencair, Pemanasan Global Jadi Biang Keladi
Perkiraan tersebut didasarkan pada catatan paleoklimat yang menunjukkan bahwa tidak ada periode panas seperti yang dialami Bumi saat ini, dan suhu meningkat dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Analisis yang dirilis bulan ini menunjukkan rata-rata suhu global pada 2023 kemungkinan memanas antara 1,3 hingga 1,4 derajat celsius di atas suhu pra-industri.
Para ilmuwan iklim memperkirakan, kenaikan suhu Bumi sebesar 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri secara berkelanjutan dapat membebani masyarakat dan mengganggu perekonomian serta sistem politik.
Pemanasan bumi diperkirakan akan semakin cepat dalam beberapa bulan mendatang karena semakin dalamnya El Nino, fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas normal di Samudera Pasifik bagian tengah.
Baca juga: Gletser Gunung Cilo di Turkiye Mencair Cepat, Alarm Nyaring Pemanasan Global
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya