KOMPAS.com - Implementasi pembangkit listrik tegana surya (PLTS) atap di kawasan industri menjadi solusi yang efektif untuk dekarbonisasi.
Hal tersebut disampaikan pakar energi baru terbarukan (EBT) Surya Darma saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis (21/12/2023).
Dia menyampaikan, potensi energi surya sangat melimpah dan bisa dikembangkan PLTS mencapai 3.000 gigawatt (GW).
Baca juga: Sebar PLTS Jadi Solusi atas Hambatan Energi Surya
"PLTS juga dapat dibangun pada waktu yang lebih cepat dibandingkan sumber daya energi lainnya, karena itu akan sangat efektif mendukung pelaksanaan transisi energi," kata Surya.
Selain dapat ditempatkan di atap, PLTS uga dinilai mampu memanfaatkan ruang-ruang kosong lainnya yang tersisa dari kawasan industri.
Menurut dia, proses fotovoltaik dalam PLTS yang dipasang di atap kawasan industri mampu mempercepat terwujudnya netralitas karbon atau net zero emission (NZE).
Surya menjelaskan, pemerintah telah lama mencanangkan transisi energi, baik itu melalui Kebijakan Energi Nasional (KEN) maupun penetapan target NZE pada 2060.
Baca juga: Penetrasi PLTS Butuh Sistem yang Fleksibel dan Komprehensif
Akan tetapi, yang perlu dicermati saat ini adalah seberapa besar komitmen industri untuk mulai bertransisi menggunakan PLTS atap sebagai sumber energi baru.
"Porsi PLTS itu sangat besar dan bahkan terbesar. Karena itu, yang perlu diantisipasi adalah seberapa besar peran industri yang juga berperan, baik sebagai penggunaan maupun produsen fasilitas PLTS," tutur Surya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Iwa Garniwa Mulyana menilai, saat ini PLTS atap dapat menjadi alternatif yang besar.
Mengingat kawasan industri memang menjadi salah satu penghasil emisi yang perlu direduksi.
Pada 2020, kawasan industri berkontribusi menyumbang emisi karbon sebesar 3,1 miliar karbon dioksida ekuivalen.
Baca juga: SMI Guyur Alam Energy Rp 41 Miliar Kembangkan Instalasi PLTS Industri
Hal itu membuat sektor industri menduduki urutan ketiga sebagai penyumbang emisi karbon terbesar setelah sektor energi dan pertanian.
"Perlu ada langkah untuk mengurangi emisi tersebut dengan mengurangi energi fosil dan digantikan dengan energi terbarukan, salah satunya dengan implementasi PLTS atap di kawasan industri," kata iwa.
Iwa menuturkan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menjalankan pengembangan PLTS baik di sektor industri, komersial maupun residensial.
Meski demikian, beberapa komponennya masih bergantung dari produk luar negeri.
"Sehingga tantangan lainnya dalam mengembangkan PLTS, yakni produk dalam negeri yang perlu dukungan yang kuat dari pemerintah menuju NZE bukan hanya dari sisi energi tetapi juga dari proses produksi industri, perlu batas ambang yang lebih ketat pada proses produksi ini," ucap Iwa.
Baca juga: Investasi Hijau-PLN Icon Plus Bangun PLTS Atap Berkapasitas 3.5 MWp
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya