KOMPAS.com – Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang melimpah bisa ditemuai di hampir semua wilayah di Bumi.
Akan tetapi, optimalisasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk mengubah energi surya menjadi listrik sangat bergantung dari intensitas sinar matahari, salah satunya dipengauhi cuaca.
Sifat yang sangat dipengaruhi cuaca itu membuat energi matahari disebut sebagai sumber energi terbarukan yang intermiten.
Baca juga: Penetrasi PLTS Butuh Sistem yang Fleksibel dan Komprehensif
Salah satu upaya yang dinilai efektif untuk memaksimalkan potensi energi surya dan mengatasi hambatannya adalah dengan menyebar lokasi pemasangan PLTS.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) telah memasang alat piranometer di 100 lokasi berbeda di Pulau Jawa untuk mengukur radiasi matahari.
Kesimpulan yang diapatkan adalah, pemasangan PLTS yang menyebar diyakini tidak akan menyebabkan terjadinya intermitensi pada sistem kelistrikan yang ada.
Penyebaran PLTS di berbagai lokasi juga bisa membuat listrik yang dihasilkan saling mengisi. Bila sinar matahari di suatu wilayah kurang optimal, bisa dikompensasi dengan daerah lain.
Baca juga: SMI Guyur Alam Energy Rp 41 Miliar Kembangkan Instalasi PLTS Industri
“Kesimpulannya PLTS itu sebaiknya dipasang secara tersebar. Sebenarnya kesimpulan ini sebelum dipasang pun kita sudah tahu, tapi kita harus ada bukti,” ujar Dadan di Bandung, Sabtu (16/12/2023).
Dadan menuturkan, hasil dari pengukuran tersebut juga membuktikan bahwa bila PLTS dipasang di satu tempat saja akan mengganggu sistem kelistrikan.
“Kan intermitensi itu bukan disebabkan karena mataharinya berubah-ubah, tapi karena faktor alam yang ada di atmosfer. Ada hujan, ada awan, ada segala macam,” terang Dadan, dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM.
Keakuratan uji teknis ini menjadi dasar pertimbangan pemerintah dalam menggenjot pemanfaatan PLTS ke depan.
Baca juga: Investasi Hijau-PLN Icon Plus Bangun PLTS Atap Berkapasitas 3.5 MWp
Dadan berujar, setelah kesimpulan tersebut didapat, langkah selanjutnya adalah menyusun strategi lokasi pemasangan PLTS.
“Programnya sudah semakin baik, alatnya sudah semakin akurat. Jadi kita ini sekarang sudah masuk ke masa bahwa tidak ada lagi hal-hal yang kira-kira menantang untuk pemanfaatan EBT (energi baru terbarukan) di dalam negeri,” jelas Dadan.
Akan tetapi, lanjut Dadan, Indonesia jangan sampai dijadikan sekadar tempat investasi pengembangan energi terbarukan.
Indonesia juga perlu keluar sebagai produsen teknologi pembangkit listrik terbarukan.
“Ini yang sedang dicari cara yang terbaik, mana sih sebetulnya yang harus didahulukan,” sambungnya.
Baca juga: EMI dan Sojitz Kerjasama Tingkatkan Penetrasi PLTS Atap di Indonesia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya