BANGKA, KOMPAS.com - Kepala Polda Kepulauan Bangka Belitung Irjen Tornagogo Sihombing meminta akademisi perguruan tinggi untuk mengkaji dampak negatif dari lubang-lubang bekas penambangan timah.
Selama ini lubang tambang diyakini mengandung bahaya yang tak terlihat berupa radiasi dan racun.
"Banyak lubang tambang yang terbengkalai, ini perlu dikaji dan diteliti oleh perguruan tinggi bagaimana dampaknya, ada racun di sana," kata Tornagogo saat rilis akhir tahun di Mapolda Babel, Jumat (29/12/2023).
Tornagogo mengungkapkan, beberapa lubang tambang telah menjadi objek wisata. Salah satunya open pit nam salu di Belitung.
Tambang open pit yang pernah dikunjungi itu, kata Tornagogo bisa saja mengandung racun senyawa arsenik yang sangat berbahaya bagi manusia.
Baca juga: IKN Ditargetkan Bebas dari Tambang Ilegal Secepatnya
"Dalam tubuh kita ada arsenik juga, tentunya dalam kadar yang aman. Jika nanti terkena lagi dari luar, bisa berbahaya sampai pada kesuburan dan keturunan manusia," ujar Tornagogo.
Ia berharap, penelitian dari perguruan tinggi bisa menemukan jawaban atas potensi negatif lubang bekas penambangan.
Apalagi Bangka Belitung sangat identik dengan aktivitas penambangannya. Ekonomi Bangka Belitung juga masih bergantung dengan pertambangan.
"Ada masalah dalam pertambangan kita, berdampak pada masyarakatnya, tentu harus diteliti secara ilmiah ada apa bahayanya dari tambang itu," harap jenderal bintang dua itu.
Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB) Ibrahim yang juga hadir saat rilis di Mapolda, menyatakan kesiapan untuk penelitian dampak pertambangan.
Kata Ibrahim, penelitian yang sama telah pernah dilakukan dan bisa diperdalam sesuai permasalahan yang dikaji oleh pihak kepolisian.
"Kita akan berkoordinasi lagi untuk spesifik penelitiannya seperti apa. Memang bahaya radiasi dan potensi racun itu sudah banyak juga yang membicarakan," ujar Ibrahim.
Ibrahim memastikan sumberdaya di UBB sanggup untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan membantu pembangunan daerah.
"Ada bidang pertambangan, kimia, fisika dan biologi yang kita punya," pungkas Ibrahim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya