Sebagai contoh, keluarga yang menyadari tingginya sampah plastik yang mereka hasilkan, mulai mengurangi berbagai penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Jika dampak negatif harus diminimalkan atau dicegah, maka sebaliknya, dampak positif suatu aktivitas harus diperkuat sebagai aksi nyata dari keberlanjutan.
Contohnya, usaha mikro kecil dan menengah akan memenuhi dua aspek keberlanjutan, yakni sosial dan tata kelola ketika ia memberikan dampak positif berupa penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, mengurangi kemiskinan serta memberikan gaji sesuai dengan peraturan.
Singkat kata, baik organisasi maupun individu yang memikirkan dan mengelola setiap dampak sebagai bagian integral dari aktivitasnya sehari-hari, maka organisasi/individu tersebut telah menjadi bagian dari pelaku inisiatif keberlanjutan.
Lantas, bagaimana jika suatu organisasi mengabaikan dampak negatif, ataupun lalai dalam mengelola dampak negatif?
Dua hal terberat akibat dari pengabaian dampak negatif ataupun kelalaian dalam mengelola dampak negatif adalah rasa ketidakpercayaan pemangku kepentingan termasuk investor dan munculnya krisis akibat dampak negatif yang makin membesar.
Sebagai contoh adalah rangkaian kecelakaan kerja dalam beberapa tahun terakhir yang menewaskan total puluhan pekerja di beberapa smelter nikel di Sulawesi & Maluku Utara yang merupakan investasi dari beberapa perusahaan China (bloombergtechnoz.com, 28 Desember 2023).
Belum lagi kecemburuan antara pekerja setempat dengan pekerja asing (Aldilal et al, 2020), serta kontribusi ke pencemaran lingkungan dari penggunaan batu bara sebagai pembangkit listrik untuk operasional smelter nikel, (Policy Paper Center of Economics and Law Studies (Celios), Juni 2023).
Sangat wajar jika timbulnya beragam dampak negatif tersebut membuat publik ragu akan komitmen keberlanjutan para perusahaan pemilik smelter nikel tersebut.
Ini tentu disayangkan karena mengecilkan dampak positif smelter nikel di wilayah tersebut berupa penyerapan tenaga kerja, penurunan angka kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan efek berganda bagi desa-desa sekitar.
Pada titik ini, reputasi yang buruk, tingginya keraguan publik terhadap kualitas peralatan, kompetensi hingga tata kelola dalam mengoperasikan smelter nikel benar-benar menjadi tantangan besar bagi industri smelter nikel investasi dari China saat ini. Ini seharusnya dijadikan fokus dalam keberlanjutannya.
Selain krusialnya elemen pengelolaan dampak, ada tiga elemen penting lainnya dalam pelaporan keberlanjutan versi GRI, yakni topik material (material topic), pemangku kepentingan (stakeholder) dan due diligence.
Topik material adalah dampak-dampak organisasi yang paling signifikan terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial termasuk hak-hak asasi manusia.
Pemangku kepentingan didefinisikan sebagai individu atau kelompok kepentingan yang terdampak atau dapat terkena dampak dari aktivitas organisasi.
Ini termasuk pemangku kepentingan internal seperti karyawan, pemegang saham, manajemen, dan pemangku kepentingan eksternal seperti pelanggan, pemasok, masyarakat, dan pemerintah
Due Diligence mengacu pada proses dimana organisasi mengidentifikasi, mencegah, memitigasi dan mempertimbangkan cara-cara menangani dampak potensial dan aktual terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial termasuk hak–hak asasi manusia.
Meskipun dampak, topik material, pemangku kepentingan dan due diligence merupakan faktor kunci dalam pelaporan keberlanjutan, namun sesungguhnya ke-empat elemen tersebut juga merupakan elemen mendasar dalam menyusun & mengimplementasikan strategi keberlanjutan.
Prosesnya dimulai dari mengidentifikasi dan menilai dampak secara regular melalui engagement dengan para pemangku kepentingan dan ahli secara rutin dari hari ke hari, tidak bisa hanya ditentukan berdasarkan pemikiran sendiri.
Di sinilah organisasi dapat secara aktif mengidentifikasi dan mengelola dampak seiring waktu dan dampak baru yang muncul.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya