Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch N Kurniawan
Dosen

Praktisi Kehumasan dan Sustainability, Mantan Jurnalis Olahraga, Lingkungan dan Bisnis

Membumikan Keberlanjutan

Kompas.com, 2 Januari 2024, 11:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA tahun belakangan, istilah "keberlanjutan" dan "berkelanjutan" menjadi sangat populer. Istilah tersebut hampir bisa disematkan pada berbagai sektor, mulai dari energi berkelanjutan, bisnis berkelanjutan, hingga pendidikan berkelanjutan.

Bahkan, dalam Pemilihan Presiden 2024, ada pasangan calon yang menjadikan keberlanjutan sebagai identitas merek mereka.

"Keren dan berkelas-lah istilah keberlanjutan dan berkelanjutan," ujar seorang teman.

Namun, ketika saya bertanya padanya tentang makna singkat keberlanjutan, jawabannya hanya sebatas energi hijau, ekonomi sirkular, dan ketidakterputusan. Jawaban itu tidak salah, tapi hanya sekitar 25 persen dari keseluruhan gambaran.

Sebenarnya definisi keberlanjutan atau sustainability adalah kemampuan generasi saat ini untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Definisi ini turun dari Komisi Brundtland di Perserikatan Bangsa Bangsa pada 1987 yang membahas tentang sustainable development atau pembangunan berkelanjutan.

Namun karena teman saya tersebut terlihat bengong, saya bertanya lagi apakah definisi itu terdengar abstrak? Ia mengangguk, dan saya pun tersenyum.

Dampak lebih membumi

Sebagai komunikator, tantangan terbesar yang sering dihadapi adalah membuat sesuatu yang terlihat rumit, atau masih abstrak menjadi mudah dimengerti.

Keberlanjutan juga sama. Karena ia masih terasa abstrak, maka perlu pendekatan yang memudahkan, yaitu pengelolaan dampak.

Berdasarkan Oxford Learners Dictionarie, dampak didefinisikan sebagai efek kuat yang sesuatu berikan kepada sesuatu atau seseorang.

Kata dampak atau “impact” juga lebih dulu dikenal pada 1601, lebih tua daripada kata “berkelanjutan” atau “sustainable” yang muncul pada 1924 (merriam-webster.com).

Lebih jauh lagi, Global Reporting Initiative (GRI) standard - update 2021, yang merupakan acuan utama penyusunan laporan keberlanjutan korporasi sejak 2000, mendetailkan pengertian dampak sebagai efek yang ditimbulkan oleh organisasi terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial termasuk hak-hak asasi manusia akibat dari aktivitas organisasi maupun hubungan bisnisnya.

Hubungan antara dampak dan keberlanjutan dapat dilihat melalui berbagai contoh. Misalnya, pada perusahaan minyak dan gas bumi, kegiatan produksi mereka memberikan dampak negatif, seperti peningkatan emisi karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim global.

Dampak negatif itu dapat ditangani melalui beberapa cara, yakni menghentikan secara bertahap produksi minyak dan gas bumi dan beralih ke energi baru terbarukan seperti energi surya, panas bumi, air, angin, serta menggunakan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) untuk menangkap emisi karbon dan menyimpannya di formasi geologi tertentu di bawah tanah.

Emisi karbon yang ditangkap bisa juga digunakan untuk mengoptimalkan kegiatan produksi minyak dan gas bumi atau yang sering disebut Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).

Proyek Liquified Natural Gas (LNG) Tangguh di Papua Barat adalah salah satu pioneer penerapan CCUS di Indonesia, yang nampaknya mulai diikuti proyek minyak dan gas bumi lainnya dalam bentuk CCS seperti Proyek LNG Abadi, Blok Masela.

Inovasi-inovasi ini merupakan langkah transisi energi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pasokan energi karena kebutuhan energi dunia saat ini belum bisa dipenuhi semua oleh energi baru terbarukan.

Dengan mengurangi dampak negatif ini, aspek keberlanjutan lingkungan, pasokan energi, dan bisnis saat ini dapat terpenuhi, sementara kualitas lingkungan bagi generasi mendatang tetap terjaga.

Pengelolaan dampak ini tidak hanya relevan dalam bisnis besar seperti industri minyak dan gas, tetapi juga dapat dimulai dari skala kecil, bahkan pada tingkat keluarga.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau