Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iklan Mainan Anak Dianggap Berbahaya dan Rugikan Lingkungan, Kenapa?

Kompas.com, 3 Januari 2024, 08:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

 KOMPAS.com - Saat ada perayaan tertentu yang menjadi momen seorang anak meminta hadiah, kado berupa mainan anak-anak seringkali menjadi pilihan utama.

Misalnya, ketika Natal, atau perayaan ulang tahun, anak-anak meminta kepada orangtua mereka untuk dibelikan hadiah mainan.

Beberapa mainan anak memang memberikan dampak positif seperti memberi anak kesempatan untuk belajar dan merasa ingin tahu, melibatkan imajinasinya dalam bermain, dan bersosialisasi dengan orang lain.

Sayangnya, 80 persen mainan akan berakhir di tempat pembuangan sampah, insinerator, atau laut.

Baca juga: Berteman dengan Teknologi, Orangtua Bisa Fasilitasi Anak dengan Pendidikan Berkualitas melalui Internet

Dilansir dari Channel News Asia, Selasa (2/1/2024), industri mainan menggunakan 40 ton plastik untuk setiap 1 juta dollar AS pendapatan yang dihasilkannya, sehingga memiliki jejak karbon yang berlebihan.

Mengapa iklan mainan anak-anak berbahaya

Iklan di televisi, pusat perbelanjaan, maupun media lainnya memanfaatkan keinginan anak-anak dan mendorong mereka untuk meminta kepada orang tua.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak rentan terhadap taktik persuasif iklan, yang akan berdampak pada peningkatan polusi plastik.

Mengajari anak merawat dan menjaga mainannya, amat berpengaruh pada perkembangan hidupnya, dan perilaku baik yang menyertainya. PEXELS/Yan Krukov Mengajari anak merawat dan menjaga mainannya, amat berpengaruh pada perkembangan hidupnya, dan perilaku baik yang menyertainya.
Apalagi, para pengiklan tahu bahwa anak-anak adalah bagian yang tak terelakkan dalam siklus pengambilan keputusan konsumen.

Dengan iklan yang menarik, dapat membujuk mereka untuk memohon dan meminta orang tua mereka agar memberikan uang untuk membeli berbagai mainan.

Adapun para pengiklan menciptakan keterikatan emosional pada mainan di benak anak-anak sebagai kunci. Keterikatan dengan makanan, kesenangan, pakaian, dan musik, yang menciptakan spiral hasrat yang terkait dengan merek.

Hanya pada usia sembilan hingga 11 tahun lah anak-anak mulai sadar akan merek, dan sadar akan mata pengaruh sosial yang dihadirkan oleh kekuatan merek.

Baca juga: Dukungan Orangtua, Kunci Kesuksesan Penyandang Cerebral Palsy

Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan para orangtua?

Dengan memberikan ruang kepada anak-anak untuk berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan yang berpotensi membahayakan lingkungan, orang tua dapat mengatasi kerentanan anak terhadap iklan yang agresif.

Cara meminimalisasi dampak iklan

Penelitian psikologis terhadap 16.000 anak di dunia menunjukkan bahwa memberikan anak-anak pemahaman tentang krisis iklim dapat menjadi solusi.

Sebab, ketika ada kesempatan, anak-anak dan remaja mengungkapkan empati mereka terhadap situasi pencemaran lingkungan, dan bahkan mungkin cenderung merasa cemas.

Kecemasan terhadap iklim yang dialami anak-anak mungkin berdampak pada diri mereka sendiri dan keluarga mereka, generasi mendatang, atau lingkungan.

Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa kapasitas anak-anak untuk memahami krisis iklim dapat menangkal kerentanan mereka terhadap iklan yang dapat berdampak terhadap krisis tersebut.

Libatkan seluruh keluarga

Ilustrasi pendidikan informalRomper Ilustrasi pendidikan informal
Mengajak anak-anak terlibat dalam keputusan yang berdampak pada lingkungan dapat membantu mengurangi pengaruh iklan.

Misalnya, orangtua dapat berdiskusi dengan anak tentang bagaimana suatu mainan berdampak baik atau buruk bagi lingkungan.

Lalu, berikan contoh beberapa merek ternama telah beralih menggunakan plastik berbahan etanol yang diekstrak dari tebu.

Baca juga: Orangtua, Ini 5 Cara Membantu Anak Meredakan Stres Saat Menghadapi UTBK

Carilah label ramah lingkungan pada mainan dan cari tahu pemasok mana yang menyediakan merek mainan ramah lingkungan.

Ajukan juga pertanyaan tentang manfaat pendidikan dari pilihan mainan, lalu bantu anak untuk mempertimbangkan pro dan kontra.

Sumbangkan mainan

Cara lainnya, kamu dapat mencari tempat pengumpulan mainan bekas, panti asuhan, atau tempat-tempat lain yang bisa menerima hibah. Bank mainan juga bisa dimulai dengan memberikannya kepada keluarga, teman, atau tetangga.

Ilustrasi penyimpanan mainan anak. SHUTTERSTOCK/KLEM MITCH Ilustrasi penyimpanan mainan anak.
Orangtua dapat mendorong anak-anak mereka untuk mengumpulkan pilihan mainan bekas untuk dikirim ke toko amal setempat dan berbagi kebahagian dengan anak-anak lainnya.

Buat mainan jadi awet

Jika mainan memiliki cerita pribadi, anak akan cenderung ingin memainkannya lebih lama, terutama mainan berkarakter.

Orangtua dapat menawarkan boneka khusus dengan momen tertentu, misalnya saat liburan, untuk membangkitkan kembali minat anak terhadap mainan tersebut.

Ciptakan ruang aman

Menciptakan ruang yang aman untuk berdiskusi di rumah, di sekolah, atau di masyarakat akan membantu anak-anak berpikir kritis.

Mereka akan mulai berpikir bahwa pemasaran produk atau barang dagangan dapat membuat mereka terlibat dalam kerusakan lingkungan. Diskusi juga harus terasa aman dan tidak dalam suasana tegang.

Dengan memberikan anak-anak kesempatan mengambil keputusan atas pilihan mainan mereka, orang tua dapat mengurangi dampak negatif iklan demi kesejahteraan mereka.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau