Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alternatif Pengganti AC di 3 Negara, Tetap Sejuk dan Minim Emisi

Kompas.com - 05/01/2024, 11:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah laporan yang dibuat oleh Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menunjukkan fakta menarik terkait konsumsi listrik.

Laporan menunjukkan pada rentang waktu tahun ini hingga 2050 mendatang, kapasitas peralatan pendingin global akan meningkat tiga kali lipat, yang mengakibatkan konsumsi listrik meningkat lebih dari dua kali lipat.

Rilis tersebut tertera dalam Global Cooling Watch Report 2023: Menjaga suhu tetap dingin menyoroti pentingnya pendinginan pasif sebagai alternatif pengganti AC yang boros energi.

Pendinginan memiliki dampak beban ganda terhadap iklim. Misalnya, AC dan lemari es mempunyai emisi tidak langsung dari konsumsi listrik, serta emisi langsung dari pelepasan gas pendingin.

Hal ini sebagian besar lebih berpotensi membuat bumi menjadi panas, dibandingkan karbon.

Pada 2050, jika manusia tidak secara drastis menurunkan emisi gas rumah kaca, hampir 1.000 kota akan mengalami rata-rata suhu tertinggi di musim panas sebesar 35°C, hampir tiga kali lipat dari angka saat ini.

Baca juga: Mulai 2024, AC Bintang 1 Tak Boleh Beredar Lagi di Indonesia, Mengapa?

Populasi perkotaan yang terkena suhu tinggi ini juga dapat meningkat hingga 800 persen dan mencapai 1,6 miliar pada pertengahan abad ini.

Adapun tahun lalu, UNEP meluncurkan Nature for Cool Cities Challenge sebagai bagian dari Cool Coalition, sebuah jaringan global yang menghubungkan lebih dari 80 mitra yang bertujuan untuk mendorong transisi global yang cepat menuju pendinginan yang efisien dan ramah iklim.

Dilansir dari Unep, Kamis (4/1/2024), berikut beberapa alternatif pengganti AC yang dapat membantu menjaga kesejukan tanpa meningkatkan emisi, di tiga kota di dunia.

1. Teknik tradisional sekolah Burkina Faso

Terletak di pinggiran kota Koudougou, Burkina Faso, Afrika Barat, Sekolah Menengah Schorge menjadi gambaran perpaduan teknik tradisional dan material baru.

Sekolah ini terdiri dari sembilan bagian yang disusun mengelilingi halaman tengah, melindungi ruang tengah dari angin dan debu.

Setiap bagian dibangun dari batu bata laterit yang berasal dari lokal, yang menyerap panas pada siang hari dan memancarkannya di malam hari.

Fasad sekunder yang terbuat dari kayu eukaliptus lokal membungkus ruang kelas seperti kain transparan dan menciptakan ruang teduh untuk melindungi siswa dari suhu siang hari yang panas.

Sungai Cheonggyecheon sepanjang 11 km di pusat kota Seoul, Korea Selatan. Unsplash/Jeanne Rouillard Sungai Cheonggyecheon sepanjang 11 km di pusat kota Seoul, Korea Selatan.

2. Aliran sungai yang direvitalisasi mengurangi suhu panas di Korea Selatan

Aliran Cheonggyecheon sepanjang 11 kilometer di pusat kota Seoul tersembunyi di bawah jalan 10 jalur dan jalan raya empat jalur hingga tahun 2005.

Kemudian, pemerintah daerah membongkar infrastruktur dan merevitalisasi sungai tersebut.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Pemerintah
Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Swasta
Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Pemerintah
RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

Pemerintah
Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Pemerintah
Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Pemerintah
Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C

Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C

LSM/Figur
Pemerintah Wacanakan Bangun Hutan Wakaf untuk Ibadah dan Pelestarian Alam

Pemerintah Wacanakan Bangun Hutan Wakaf untuk Ibadah dan Pelestarian Alam

Pemerintah
Pemerintah Akan Evaluasi PLTSa, dari 12 Kota Hanya 2 yang Beroperasi

Pemerintah Akan Evaluasi PLTSa, dari 12 Kota Hanya 2 yang Beroperasi

Pemerintah
Sedekah Sampah Ala Hanan Attaki, Masyarakat Bisa Jual Plastik di Masjid

Sedekah Sampah Ala Hanan Attaki, Masyarakat Bisa Jual Plastik di Masjid

LSM/Figur
Jakarta Kembali Masuk 10 Besar Ibu Kota Paling Berpolusi di Dunia Sepanjang 2024

Jakarta Kembali Masuk 10 Besar Ibu Kota Paling Berpolusi di Dunia Sepanjang 2024

LSM/Figur
Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri

Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri

Pemerintah
Pemerintah Targetkan 30 Kota Kelola Sampah Jadi Listrik 4 Tahun Lagi

Pemerintah Targetkan 30 Kota Kelola Sampah Jadi Listrik 4 Tahun Lagi

Pemerintah
Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Pemerintah
Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau