INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dua pertiga wilayah Indonesia merupakan lautan, di mana luasnya mencapai lebih kurang 6,4 juta kilometer persegi.
Jumlah pulau di Indonesia sangat banyak. Dari data resmi gazeter 2023 yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) jumlahnya mencapai 17.061 Pulau.
Jumlah tersebut akan dapat bertambah seiring dengan proses identifikasi, pemetaan dan pendataan pulau-pulau di Indonesia yang terus berlangsung.
Seiring dengan luasnya wilayah lautan dan banyak pulau di Indonesia, pengelolaan ekosistem pesisir menjadi sangat penting. Salah satu ekosistem pesisir yang krusial adalah padang lamun.
Lamun tumbuh di perairan dangkal dengan adanya pencahayaan yang cukup. Ekosistem lamun dapat digunakan sebagai indikator kesehatan perairan, sebagai tempat pemijahan dan bertelur ikan, dan sebagai daerah perlindungan biota laut dangkal.
Selain itu, lamun juga mempunyai peran sangat penting dalam menyimpan karbon, sebagai potensi karbon biru/blue carbon yang besar.
Karbon biru merupakan karbon yang tersimpan pada ekosistem pesisir seperti padang lamun, koral, rawa asin dan mangrove.
Karbon biru dikenalkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP), Food and Agriculture Organization (FAO), Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) of United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), dan World Conservation Union (IUCN) pada 2009.
Padang lamun dapat menyimpan karbon atas permukaan (above ground carbon) dan karbon bawah permukaan (below gound carbon).
Karbon atas permukaan merupakan CO2 yang terserap pada proses fotosintesis dan tersimpan dalam biomasa yang terletak di atas permukaan tanah.
Sedangkan karbon bawah permukaan tersimpan di bawah substrat pada batang bagian bawah dan perakaran. Simpanan karbon di bawah subtrat dapat berlangsung hingga ratusan tahun.
Dalam beberapa publikasi ilmiah padang lamun dilaporkan mampu menyerap karbon 4-6 ton/ha setiap tahunnya, sangat besar.
Padang lamun dapat menurunkan karbon dioksida (CO2) lebih cepat 35 kali dari tutupan vegetasi daratan.
Sebagai contoh, hutan hujan tropis mampu menyimpan karbon hingga 30.000 metrik ton/km persegi, sedangkan ekosistem padang lamun dapat menyimpan karbon hingga 83.000 metrik ton/km persegi.
Potensi luasan lamun di Indonesia diperkirakan sangat besar. Dengan demikian potensi menyimpan karbonnya juga besar sekali.
Indonesia belum secara komprehensif melakukan perhitungan potensi padang lamun dalam mengurangi emisi karbon.
Luas padang lamun di seluruh Indonesia angkanya belum pasti, belum ada pemetaan yang komprehensif.
Dari pendekatan buffering terhadap garis pantai dapat diperkirakan hingga 3 juta hektare, namun bisa saja angka ini overestimated.
Data lain menyampaikan hingga 900.000 hektare, namun belum semuanya terferifikasi, baik menggunakan data penginderaan jauh maupun survei.
Untuk mencapai perhitungan yang lebih mendekati, perlu dilakukan pemetaan padang lamun di seluruh Indonesia.
BIG sebagai lembaga pemerintah nonkementerian yang bertugas menyelenggarakan informasi geospasial, dalam hal ini termasuk pemetaaan, perlu terus mendorong dan bekerjasama dengan kementerian terkait dalam menyusun dan mengembangkan metodologi pemetaan dan identifikasi padang lamun.
Pemanfaatan teknologi geospasial mutakhir seperti citra satelit resolusi tinggi dan teknologi radar perlu terus dilakukan.
Identifikasi wilayah perairan dangkal sebagai lokasi ekosistem padang lamun dapat didekati menggunakan integrasi data bathimetri atau data kedalaman laut, data garis pantai, data pulau-pulau kecil dan data pasang surut.
BIG menyediakan data kedalaman laut dalam sistem bathimetri nasional dan data garis pantai yang keduanya dapat diakses oleh semua pihak.
BIG juga menyediakan data pulau-pulau kecil yang terdapat dalam direktori gazeter dan dapat diakses oleh umum.
Selain itu, BIG juga menyediakan data pasang surut real time 24 jam melalui lebih dari 270 stasiun pasang surut yang tersebar di perairan nusantara.
Pemetaan karbon biru perlu mendapatkan perhatian serius sebagai bagian dari komitmen nasional dalam pengurangan emisi karbon.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya