Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aris Marfai
Kepala Badan Informasi Geospasial

Professor Geografi

Pemetaan Lamun dan Pengurangan Emisi Karbon

Kompas.com, 7 Januari 2024, 13:31 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dua pertiga wilayah Indonesia merupakan lautan, di mana luasnya mencapai lebih kurang 6,4 juta kilometer persegi.

Jumlah pulau di Indonesia sangat banyak. Dari data resmi gazeter 2023 yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) jumlahnya mencapai 17.061 Pulau.

Jumlah tersebut akan dapat bertambah seiring dengan proses identifikasi, pemetaan dan pendataan pulau-pulau di Indonesia yang terus berlangsung.

Seiring dengan luasnya wilayah lautan dan banyak pulau di Indonesia, pengelolaan ekosistem pesisir menjadi sangat penting. Salah satu ekosistem pesisir yang krusial adalah padang lamun.

Lamun tumbuh di perairan dangkal dengan adanya pencahayaan yang cukup. Ekosistem lamun dapat digunakan sebagai indikator kesehatan perairan, sebagai tempat pemijahan dan bertelur ikan, dan sebagai daerah perlindungan biota laut dangkal.

Selain itu, lamun juga mempunyai peran sangat penting dalam menyimpan karbon, sebagai potensi karbon biru/blue carbon yang besar.

Karbon biru merupakan karbon yang tersimpan pada ekosistem pesisir seperti padang lamun, koral, rawa asin dan mangrove.

Karbon biru dikenalkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP), Food and Agriculture Organization (FAO), Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) of United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), dan World Conservation Union (IUCN) pada 2009.

Padang lamun dapat menyimpan karbon atas permukaan (above ground carbon) dan karbon bawah permukaan (below gound carbon).

Karbon atas permukaan merupakan CO2 yang terserap pada proses fotosintesis dan tersimpan dalam biomasa yang terletak di atas permukaan tanah.

Sedangkan karbon bawah permukaan tersimpan di bawah substrat pada batang bagian bawah dan perakaran. Simpanan karbon di bawah subtrat dapat berlangsung hingga ratusan tahun.

Dalam beberapa publikasi ilmiah padang lamun dilaporkan mampu menyerap karbon 4-6 ton/ha setiap tahunnya, sangat besar.

Padang lamun dapat menurunkan karbon dioksida (CO2) lebih cepat 35 kali dari tutupan vegetasi daratan.

Sebagai contoh, hutan hujan tropis mampu menyimpan karbon hingga 30.000 metrik ton/km persegi, sedangkan ekosistem padang lamun dapat menyimpan karbon hingga 83.000 metrik ton/km persegi.

Potensi luasan lamun di Indonesia diperkirakan sangat besar. Dengan demikian potensi menyimpan karbonnya juga besar sekali.

Indonesia belum secara komprehensif melakukan perhitungan potensi padang lamun dalam mengurangi emisi karbon.

Luas padang lamun di seluruh Indonesia angkanya belum pasti, belum ada pemetaan yang komprehensif.

Dari pendekatan buffering terhadap garis pantai dapat diperkirakan hingga 3 juta hektare, namun bisa saja angka ini overestimated.

Data lain menyampaikan hingga 900.000 hektare, namun belum semuanya terferifikasi, baik menggunakan data penginderaan jauh maupun survei.

Untuk mencapai perhitungan yang lebih mendekati, perlu dilakukan pemetaan padang lamun di seluruh Indonesia.

BIG sebagai lembaga pemerintah nonkementerian yang bertugas menyelenggarakan informasi geospasial, dalam hal ini termasuk pemetaaan, perlu terus mendorong dan bekerjasama dengan kementerian terkait dalam menyusun dan mengembangkan metodologi pemetaan dan identifikasi padang lamun.

Pemanfaatan teknologi geospasial mutakhir seperti citra satelit resolusi tinggi dan teknologi radar perlu terus dilakukan.

Identifikasi wilayah perairan dangkal sebagai lokasi ekosistem padang lamun dapat didekati menggunakan integrasi data bathimetri atau data kedalaman laut, data garis pantai, data pulau-pulau kecil dan data pasang surut.

BIG menyediakan data kedalaman laut dalam sistem bathimetri nasional dan data garis pantai yang keduanya dapat diakses oleh semua pihak.

BIG juga menyediakan data pulau-pulau kecil yang terdapat dalam direktori gazeter dan dapat diakses oleh umum.

Selain itu, BIG juga menyediakan data pasang surut real time 24 jam melalui lebih dari 270 stasiun pasang surut yang tersebar di perairan nusantara.

Pemetaan karbon biru perlu mendapatkan perhatian serius sebagai bagian dari komitmen nasional dalam pengurangan emisi karbon.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau