Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setop Pembunuhan Gajah, Tindak Kejahatan Terhadap Satwa

Kompas.com - 07/01/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Ketua Kanopi Hijau Indonesia sekaligus Penanggungjawab Konsorsium Bentang Seblat (KBS) Ali Akbar meminta agar jangan ada lagi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang terindikasi mati karena dibunuh.

Dia menuturkan, KBS menuntut negara untuk membuka informasi secara lengkap atas kondisi hutan.

"Dan segera melakukan penindakan terhadap kejahatan satwa gajah," kata Ali Akbar di Bengkulu, Sabtu (6/1/2024), sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Tahukah Anda? Gajah Afrika Berperan Penting Lawan Perubahan Iklim

Dia menambahkan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) perlu melakukan tindakan untuk memastikan tidak terjadi lagi kematian gajah non-alami, apalagi kematian gajah yang sekarang terindikasi dibunuh.

Sebelumnya, seekor gajah sumatera liar berjenis kelamin betina, induk dewasa berumur 20 tahun, ditemukan mati pada 31 Desember 2023.

Gajah ini ditemukan tak jauh dari jalan loging dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas Air Ipuh 1 register 65, sekitar 3,5 kilometer dari batas Taman Nasional Kerinci Seblat, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.

"Pada tengkorak bangkai gajah terdapat lubang, diduga akibat tembakan peluru senjata api. Lubang sebesar kurang lebih 1,5 sentimeter (cm) itu tembus dari bagian bawah rahang sampai ke os frontalis (tengkorak bagian depan atau dahi)," ucap Ali.

Baca juga: Kekeringan Parah, Puluhan Gajah di Zimbabwe Mati Kehausan

Ali menyatakan, kondisi tutupan lahan di Bentang Alam Seblat saat ini menunjukkan ketidakseriusan dalam mengamankan kawasan hutan.

Hal itu dibuktikan dengan tingginya aktivitas perambahan dan penguasaan hutan di Bentang Alam Seblat.

Di Bentang Alam Seblat, kata dia, lahan tak berhutan itu didominasi oleh perkebunan sawit seluas 15.000 hektare (48,1 persen), semak belukar 7.900 hektar (25,6 persen), perkebunan perusahaan 5.400 ribu hektar (17,5 persen), dan lahan terbuka 2.000 hektare (6,6 persen).

Dilihat dari data analisis periode 2020-2023, tutupan hutan Bentang Alam Seblat telah hilang seluas 8.800 hektare.

Baca juga: 50 Tahun SMBR, Peluncuran Buku Sang Tiga Gajah dan Komitmen SDGs

Tutupan lahan sekunder menjadi yang paling besar, seluas 8.800 ribu hektare, di mana 5.600 ribu hektar atau 64,5 persen dirambah menjadi lahan pertanian sawit.

Kondisi tersebut akhirnya membuat "rumah" gajah sumatera di Bengkulu semakin hilang. Karena habitat gajah semakin terdesak, hal itu tentu juga menjadi ancaman nyata kepunahan bagi spesies tersebut.

Oleh karena itu, butuh upaya dari berbagai pihak untuk memastikan rumah bagi gajah sumatera di Bengkulu tetap terjaga dengan baik.

Selain itu terhindar dari perambahan, penebangan, serta tidak terjadinya alih fungsi hutan lindung habitat gajah menjadi perkebunan maupun lahan tambang.

Baca juga: Anak Gajah Betina Lahir Selamat di Wilayah Konservasi Aceh

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Setelah Taman Bumi, Maros-Pangkep Diharapkan Jadi Situs Warisan Dunia

Setelah Taman Bumi, Maros-Pangkep Diharapkan Jadi Situs Warisan Dunia

Pemerintah
Peningkatan Kualitas BBM ke Euro IV Bikin Masyarakat Lebih Sehat

Peningkatan Kualitas BBM ke Euro IV Bikin Masyarakat Lebih Sehat

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau