Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pabrik BioCNG Komersial Pertama di Indonesia, Kurangi Emisi Karbon

Kompas.com - 26/01/2024, 09:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pabrik BioCNG/Biomethane komersial pertama di Indonesia yang berlokasi di Blangkahan POM, Desa Blangkahan, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, diresmikan Senin (22/1/2024), setelah proses pembangunan kurang lebih setahun tiga bulan.

Pabrik ini dibangun oleh PT KIS Biofuel Indonesia, bagian dari rencana pembangunan 25 pabrik Bio-CNG dengan kapasitas masing-masing 15.500 M3 BioCNG/hari, dengan total 387.500 M3 Bio-CNG per hari, yang diperkirakan akan menghasilkan pengurangan 3,7 Juta ton Co2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun.

"Kami sangat mengapresiasi atas keberhasilan proyek Pembangunan BioCNG Plant pertama yang telah dilaksanakan oleh KIS Group di Langkat ini," ujar Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Edi Wibowo mewakili Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM dalam sambutannya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutnya sebagai terobosan lain dalam peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia.

"Kami berharap plant BioCNG ini akan berjalan dengan baik dan memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia, khususnya dalam rangka pemanfaatan biogas menjadi energi," imbuh dia. 

Baca juga: Dukung Percepatan Transisi Energi Baru dan Terbarukan, Garudafood Bangun PLTS Atap di Sumedang

Edi menyampaikan, dalam mendukung program transisi energi, Pemerintah Indonesia melalui berbagai dokumen dan kebijakan telah menyusun target, strategi dan program pemanfaatan energi baru terbarukan secara bertahap, terukur, dan cepat.

Di antaranya adalah dengan menetapkan target pemanfaatan EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025 sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional.

Pemerintah Indonesia, kata dia, melalui Kementerian ESDM juga telah menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi energi fosil.

Di antara terobosan yang sedang dalam tahap kajian adalah pemanfaatan biogas skala besar atau industri sebagai pengganti LPG yakni Bio-CNG atau CBG (Compressed Biomethane Gas).

Baca juga: Investasi EBT Tahun 2023 Menurun, Migas dan Minerba Naik

Untuk mengembangkan BioCNG, Kementerian ESDM melakukan berbagai upaya seperti menerbitkan SNI 9164 Biometana untuk Bahan Bakar di tahun 2023 bersama BSN, serta melakukan go live dan launching Perizinan Berusaha KBLI 35203 pengadaan gas bio yang mengampu perizinan bahan bakar biogas sebagai bahan bakar bersama Kementerian BKPM.

Selain itu, Kementerian ESDM melakukan kerja sama dengan beberapa mitra dalam rangka mengembangkan Proyek BioCNG melalui proyek pembangunan plant, pengerjaan pre-feasibility study, kajian keekonomian, kajian kebijakan tata niaga dan kajian industri serta bahan baku BioCNG.

Edi berharap dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, BioCNG dapat dimanfaatkan untuk menggantikan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil (12 dan 50 kg), sehingga dapat menjadi salah satu opsi solusi dalam usaha pemerintah menurunkan impor LPG.

Dorong lapangan kerja 

Senada dengan hal tersebut, Plt Bupati Langkat, Syah Afandin memberikan apresiasi karena pabrik ini dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas di daerahnya.

Ia juga berharap agar pengoperasian pabrik BioCNG yang berlokasi di PT United Kingdom Indonesia Plantation, Langkat, ini dapat menjadi role model bagi perusahaan lainnya di Indonesia untuk melakukan inovasi-inovasi serupa.

"Saya berharap yang lain juga bisa mencontoh dari pabrik ini. Saya mengucapkan terima kasih karena begitu banyak penyerapan tenaga kerja yang sangat membantu perekonomian bagi masyarakat Kabupaten Langkat," ujar Afandin.

"Ke depan, harapan saya kerjasama ini bisa lebih ditingkatkan, kemudian bisa membuat manfaat untuk lingkungan di Kabupaten Langkat," pungkasnya. 

 

  

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Pemerintah
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Pemerintah
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
LSM/Figur
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Swasta
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
LSM/Figur
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
Swasta
KG Media Kolaborasi dengan Unilever, Bikin Edukasi Lingkungan Lebih Atraktif
KG Media Kolaborasi dengan Unilever, Bikin Edukasi Lingkungan Lebih Atraktif
Swasta
Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Swasta
36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi
36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi
Swasta
KLH Akan Cabut Izin Lingkungan 9 Usaha Pemicu Longsor di Puncak
KLH Akan Cabut Izin Lingkungan 9 Usaha Pemicu Longsor di Puncak
Pemerintah
Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya
Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya
Pemerintah
KLH: Perusahaan Harus Ikut PROPER, Banyak yang Belum Patuh
KLH: Perusahaan Harus Ikut PROPER, Banyak yang Belum Patuh
Pemerintah
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
LSM/Figur
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
Pemerintah
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau