KOMPAS.com 6 Februari 2024, memberitakan tentang banjir besar yang melanda Kabupaten Grobogan. Banjir tersebut disebabkan meluapnya sungai-sungai yang melewati Grobogan dalam waktu relatif bersamaan.
Sungai-sungai tersebut, yaitu Sungai Lusi, Sungai Serang, dan Sungai Tuntang, di mana bagian hilir dari ketiga sungai tersebut mengalir melewati sebagian besar wilayah Grobogan.
Berdasarkan analisis jaring-jaring sungai dari Peta Rupabumi skala 1:25.000 yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), sungai-sungai yang melalui Grobogan merupakan bagian dari sistem daerah alian sungai (DAS) Tuntang yang membentang sangat luas, lebih kurang 798 kilometer persegi, dengan panjang sungai utama, yaitu Sungai Tuntang 139 kilometer.
DAS ini sebagian besar hulunya berada di Kabupaten Semarang (30 persen) dan sebagian kecil hulu di Kabupaten Boyolali (2 persen) dan Salatiga (3 persen).
Perubahan tutupan lahan dari vegetasi yang rapat seperti kawasan hutan menjadi lahan terolah, perkebunan, pertanian dan permukiman di sebagian hulu mempunyai kontribusi terhadap meningkatnya limpasan permukaan, run off dan debit aliran sungai.
Sebagian kabupaten Demak dan Grobogan menempati bagian tengah dan hilir dari sistem DAS Tuntang, di mana Kabupaten Demak meliputi 40 persen luasan dan kabupaten Grobogan menempati 25 persen luas DAS.
Sistem DAS Tuntang dibagi menjadi beberapa sub das, di mana Kabupaten Grobogan sebagian besar menempati sub das Tuntang Bagian hilir.
Daerah hilir ini, termasuk wilayah Kabupaten Grobogan, dicirikan dengan pola aliran meander atau aliran sungai yang berkelok-kelok membentuk kurva. Aliran sungai meander terbentuk pada daerah dengan topografi relatif datar yang luas.
Dari data geospasial citra satelit dapat dilihat bahwa kiri-kanan kelokan sungai meander mempunyai bentuk lahan (landform) berupa reparian sungai, rawa belakang, daerah dataran banjir dan dataran aluvial yang mempunyai lebar bervariasi dari 5 meter hingga lebih dari 30 meter ke kiri dan kanan sungai.
Bentuk lahan tersebut sebagian digunakan untuk tanaman pertanian, namun pada beberapa bagian sudah digunakan untuk permukiman dan fasilitas umum, yang semakin mendekati badan sungai.
Tingginya intensitas hujan yang turun di sebagian besar DAS Tuntang dibarengi dengan perubahan tutupan lahan di bagian hulu akan memberikan kontribusi pada volume air yang meningkat pada aliran sungai di bagian tengah dan hilir.
Aliran sungai meander menggunakan ruang di kiri kanannya untuk meluapkan air, yang mengakibatkan genangan pada lahan pertanian dan perumahan penduduk.
Pada beberapa kelokan meander dengan tali arus yang kuat terdapat energi aliran yang besar dan secara terus menerus akan menggerus tebing sungai, menyebabkan stabilitas tebing melemah dan mengakibatkan tanggul jebol pada beberapa bagian.
Kelokan meander dengan tali arus yang kuat juga menghantam bangunan yang berada di dekat sungai.
Sebagian Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan yang dilanda banjir parah merupakan meander Sungai Lusi yang sangat ekstrem, sebagian besar kiri-kanan meander merupakan dataran rendah yang saat ini digunakan untuk lahan pertanian dan sebagian sudah berubah menjadi lahan terbangun.
Hal yang sama juga terjadi di sebagian Kecamatan Toroh dan Geyer yang berbatasan dengan meander sungai.
Sementara itu, sebagian Kecamatan Godog dilewati Sungai Tuntang bagian hilir, dengan intensitas dan konsentrasi aliran yang tinggi akibat akumulasi limpasan permukaan dari bagian hulu, yang mengakibatkan banjir bandang.
Upaya mitigasi bencana dapat dilakukan dengan memanfaatkan data geospasial. Perpaduan data spasial peta rupabumi skala detail dan foto udara dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi rentan terhadap terjangan tali arus pada saat banjir, terutama pada kelokan meander yang diikuti dengan penyempitan reparian sungai karena desakan pemanfaatan lahan, dan pada daerah dengan gradien sungai yang besar yang mengakibatkan arus menjadi kuat.
Data dari hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk prioritas inspeksi kondisi tanggul-tanggul di sepanjang sungai.
Selain itu, jaring-jaring sungai, data garis kontur dan data tutupan lahan merupakan unsur-unsur yang ada pada peta rupabumi yang dapat digunakan untuk membantu evaluasi dan penentuan lokasi bendung dan kolam retensi untuk memperlambat laju aliran sungai menuju hilir dan menahan terjadinya debit puncak yang tinggi bersamaan pada beberapa alian sungai yang melewati daerah yang sama.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya