Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Samudra Atlantik Utara Laporkan Suhu Terpanas, Capai 24,9 Derajat Celsius

Kompas.com, 4 Agustus 2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Samudera Atlantik Utara mengalami suhu terpanasnya pada pekan terakhir Juli.

Badan pemantau atmosfer dan samudera AS, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOOA), melaporkan bahwa suhu di lautan tersebut memecahkan rekor.

Seorang ilmuwan di Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOOA, Xugang Yin, mengatakan berdasarkan pengamatan pada 26 Juli, suhu permukaan laut rata-rata tertinggi di Samudra Atlantik Utara mencapai 24,9 derajat celsius.

Baca juga: Juli 2023 Diprediksi Jadi Bulan Terpanas

Rekor suhu panas di Samudera Atlantik Utara sebelumnya pecah pada September 2022, yakni 24,89 derajat celsius.

Tingginya suhu di Samudera Atlantik wilayah utara tersebut sangat mengejutkan karena tidak biasa terjadi. Biasanya, Atlantik Utara mencapai suhu puncaknya pada awal September.

NOAA, yang telah melacak suhu laut sejak awal 1980-an, membutuhkan waktu sekitar dua pekan untuk mengonfirmasi temuan tersebut.

Yin menyampaikan, suhu permukaan laut di Atlantik Utara diperkirakan akan terus meningkat hingga bulan Agustus.

Baca juga: Pekan Pertama Juli Pecahkan Rekor Terpanas, Alarm Krisis Iklim Makin Nyaring

Dia menambahkan, sangat mungkin rekor suhu tinggi akan pecah lagi, sebagaimana dilansir AFP.

Suhu permukaan laut mencapai 24,9 derajat celsius lebih tinggi 1 derajat dibandingkan rata-rata selama 30 tahun, yang dihitung dari 1982 hingga 2011.

Sejak Maret, suhu di Atlantik Utara lebih hangat daripada tahun-tahun sebelumnya, dengan perbedaan yang lebih nyata dalam beberapa minggu terakhir.

Atlantik Utara kini menjadi titik pengamatan pemanasan air laut di seluruh dunia akibat efek perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK).

Baca juga: 3 Hari dalam Sepekan, Bumi Alami Hari Terpanas Sepanjang Sejarah

Karina Von Schuckmann dari pusat penelitian Mercator Ocean International mengatakan kepada AFP, situasi saat ini dikategorikan sangat ekstrem.

“Kami telah melihat gelombang panas maritim sebelumnya, tetapi ini sangat persisten dan tersebar di area permukaan yang luas di Atlantik Utara,” ucap von Schuckmann.

Beberapa ilmuwan mencatat bahwa lautan berfungsi menyerap 90 persen dari kelebihan panas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia sejak awal era industri.

Von Schuckmann berujar, akumulasi penyerapan panas terjadi berlipat ganda selama dua dekade terakhir, sehingga semakin memicu pemanasan global.

Baca juga: Senin 3 Juli, Bumi Alami Hari Terpanas Sepanjang Sejarah

Dalam skala global, suhu rata-rata lautan telah melampaui rekor panas musiman secara terus menerus sejak April.

Di tempat lain, Laut Mediterania mencapai suhu tertingginya pada 24 Juli di tengah gelombang panas yang luar biasa di Eropa.

Institute of Marine Sciences di Spanyol menyebutkan, suhu di Laut Mediterania pada 24 Juli memecahkan rekor yang mencapai 28,71 derajat celsius. Para ahli mengukur median suhu permukaan laut harian, bukan rata-rata.

Wilayah Mediterania, yang mengalami suhu panas ekstrem sepanjang Juli, telah lama diklasifikasikan sebagai daerah yang paling terdampak perubahan iklim.

Baca juga: Penelitian: 4 dari 5 Orang di Seluruh Dunia Merasa Juli 2023 Sangat Panas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau