Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sirkulasi Samudera Atlantik Rusak, Bahaya Besar Membayangi Bumi

Kompas.com - 10/02/2024, 23:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Menurut penelitian terbaru, Sirkulasi Samudera Atlantik atau Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) dilaporkan mengalami kerusakan.

Dalam penelitian berjudul "Physics-based early warning signal shows that AMOC is on tipping course" yang diterbitkan jurnal Science Advances memperingatkan, kerusakan sirkulasi Samdera Atlantik merupakan sinyal merah yang harus diwaspadai umat manusia.

Untuk diketahui, AMOC adalah sirkulasi laut di Samudera Atlantik yang membawa panas, karbon, dan nutrisi dari daerah tropis menuju Lingkaran Arktik.

Baca juga: Gunung Es Terbesar Dunia Hanyut ke Samudera Atlantik Selatan, Ancam Kehidupan Satwa

Di dalam Lingkaran Arktik inilah, suhu panas, karbon, dan nutrisi yang terbawa daerah tropis mendingin dan tenggelam ke laut dalam.

Sirkulasi ini membantu mendistribusikan energi ke seluruh bumi dan memodulasi dampak pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Kini, sirkulasi tersebut mulai rusak karena mencairnya gletser Greenland dan lapisan es Arktik yang lebih cepat dari perkiraan karena pemanasan global dan perubahan iklim.

Mencapirnya berbagai lapisan es itu mengalirkan air tawar ke laut dan menghambat tenggelamnya air yang lebih asin dan hangat dari selatan.

Sejak 1950, AMOC dilaporkan telah mengalami perlambatan sebesar 15 persen berada pada kondisi terlemahnya dalam lebih dari 1.000 tahun.

Baca juga: Samudra Atlantik Utara Laporkan Suhu Terpanas, Capai 24,9 Derajat Celsius

Kini, dengan semakin melambat dan rusaknya sirkulasi Samudera Atlantik, para peneliti sepakat bahwa hal tersebut adalah kabar buruk bagi sistem iklim Bumi dan umat manusia.

Penelitian terbaru tersebut turut melakukan simulasi dan permodelan. Hasilnya, kerusakan AMOC dan lemahnya sirkulasinya dapat menyebabkan bencana besar.

Penelitian tersebut juga memetakan beberapa bencana akibat rusaknya AMOC.

Jika AMOC rusak, air laut di Atlantik akan naik satu meter di beberapa wilayah, sehingga menggenangi banyak kota pesisir.

Musim hujan dan kemarau di Amazon akan berubah, berpotensi mendorong kawasan hutan hujan yang sudah melemah tersebut melampaui titik kritisnya.

Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Badai Jadi Lebih Kuat

Suhu di seluruh dunia akan berfluktuasi jauh lebih tidak menentu. Belahan bumi selatan akan menjadi lebih hangat.

Eropa akan mengalami suhu dingin yang drastis dan curah hujan yang lebih sedikit.

Perubahan-perubahan tersebut akan terjadi 10 kali lebih cepat dibandingkan sekarang, sehingga adaptasi hampir mustahil dilakukan.

"Yang mencengangkan adalah kita menuju ke sana," kata penulis utama studi tersebut, Rene van Westen dari Universitas Utrecht.

"Ini akan sangat menghancurkan," sambungnya.

Baca juga: 6 Rekomendasi Masyarakat Sipil untuk Pemutakhiran Kebijakan Iklim Indonesia

Dia mengatakan belum ada cukup data untuk mengatakan kapan bencana-bencana tersebut akan terjadi akibat rusaknya AMOC, entah tahun depan atau 100 tahun mendatang.

Namun jika hal ini terjadi,  berbagaiperubahan tersebut tidak dapat diubah dalam skala waktu manusia.

Sementara itu, upaya perlawanan perubahan iklim dunia justru mengarah pada jalur yang semakin parah.

"Kita bergerak ke arah itu. Kita perlu menangani perubahan iklim dengan lebih serius," kata van Westen.

Baca juga: Kebijakan dan Aksi Iklim Indonesia Dinilai Sama Sekali Tidak Memadai

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau