KOMPAS.com - Selain membantu mengembangkan energi bersih, pengembangan hidrogen hijau di Indonesia memberikan sejumlah manfaat.
Senior Analis Institute for Essential Services Reform (IESR) Farid Wijaya menuturkan, beberapa manfaat dari pengembangan hidrogen hijau contohnya adalah menguatkan ketahanan energi nasional, mengakselerasi dekarbonisasi, dan mendorong ekonomi yang berkelanjutan.
Selain itu, produksi hidrogen hijau juga merupakan bagian dari penyimpanan kelebihan suplai listrik serta pemerataan penggunaan energi terbarukan.
Baca juga: 17 Wilayah Ini Punya Potensi Produksi Hidrogen Hijau
Hal tersebut disampaikan Farid dalam Forum Konsultasi Stakeholders mengenai Pengembangan serta Pemanfaatan Hidrogen dan Amonia pada Selasa (6/2/2024).
Selaind dapat langsung dipakai sebagai sumber energi, hidrogen hijau juga dapat dikonversi menjadi amonia, alkohol, metana dan bahan bakar sintetis.
"Serta densitas energinya lebih besar dari baterai dengan kepraktisan serupa bahan bakar minyak (BBM)," ujar Farid dikutip dari situs web IESR.
Farid memaparkan, berbeda dengan bahan bakar fosil, penggunaan hidrogen hanya menghasilkan air, listrik, dan panas, tanpa meninggalkan emisi gas rumah kaca atau debu halus.
Baca juga: 8 Provinsi dengan Potensi Produksi Hidrogen Hijau Terbesar
Proses produksi hidrogen hijau juga ramah lingkungan, terutama jika menggunakan metode elektrolisis untuk memisahkan hidrogen dari senyawa air.
Dalam proses elektrolisis, listrik digunakan untuk memecah molekul air menjadi oksigen dan hidrogen gas.
Hidrogen hijau dinilai dapat menjawab kebutuhan akan keseimbangan lingkungan, membuka peluang untuk menciptakan pasar baru, dan nilai baru bagi industri dunia.
Lebih lanjut, Farid menekankan ada sejumlah faktor pendukung komersialisasi hidrogen hijau.
Pertama, keuntungan, manfaat dan kewajiban dalam penggunaan. Kedua, ketersediaan dan kemampuan akses dari teknologi, waktu dan keamanan.
Baca juga: Supaya Tidak Rugi, Indonesia Perlu Tentukan Posisi dalam Pasar Hidrogen
Ketiga, harga yang terjangkau dan kompetitif yang diiringi investasi dan operasional. Keempat, ramah pengguna, lingkungan dan masyarakat sekitar.
Berkaca dari hal-hal tersebut, ujar Farid, dirasa perlu untuk pemenuhan kebutuhan pasar guna mendorong hidrogen hijau.
Salah satu yang perlu dilakukan adalah inovasi teknologi dari sektor swasta dan pemerintah terhadap pengembangan pasar.
Selain itu, diperlukan transformasi dan transisi nilai ekonomi ke ramah lingkungan dan hijau sekaligus permintaan pasar yang tinggi untuk mendorong investasi.
"Serta adanya peta arah dan kebijakan regulasi untuk mendukung transformasi dan transisi nasional," ujar Farid.
Baca juga: BRIN Bidik Indonesia Jadi Pemasok Hidrogen Hijau di Pasar Global
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya