KOMPAS.com - Tren kesehatan tahun 2024 diprediksi akan memberikan porsi yang lebih serius terhadap berbagai isu seputar kesehatan mental, kesehatan perempuan, dan kesehatan yang lebih inklusi.
Hal ini tergambar dalam Laporan MMB Health Trends 2024 di Asia dari Mercer Marsh Benefits yang melibatkan 223 perusahaan asuransi di 58 negara, termasuk Indonesia dan juga termasuk 100 perusahaan asuransi di kawasan Asia.
Dalam laporan sebelumnya, Mercer Marsh Benefits menyebut pada tahun 2023 klaim medis per orang meningkat 12,5 persen. Angka ini melebihi level sebelum pandemi.
Menurut aporan MMB Health Trends 2024, tren biaya medis di Indonesia diproyeksikan tumbuh 13 persen pada tahun ini.
Lalu hal penting apa saja yang akan menjadi perhatian dalam tren kesehatan tahun 2024 ini?
Meskipun banyak asuransi kesehatan di seluruh dunia (54 persen) mengklaim mereka menanggung sesi konseling psikologis dan/atau psikiater, dalam kenyataannya hanya sebagian yang menanggung maksimal 10 sesi konseling atau bahkan kurang.
Jadi meskipun perusahaan melalui asuransi menanggung perawatan kesehatan mental, namun pembatasan ini dinilai masih belum mencukupi untuk memberikan dukungan bagi kesehatan mental karyawan.
Demikian pula dengan akses kesehatan perempuan, secara global dan di Asia MMB mencatat masih tidak tersedianya manfaat bagi kesehatan reproduksi perempuan.
MMB juga mencatat 56 persen perusahaan asuransi saat ini tidak menanggung masalah kesehatan mental, sosialisasi, dan kesulitan belajar anak-anak, remaja, dan keluarga.
Padahal MMB mencatat ada beberapa hal penting terkait isu kesehatan mental, perempuan, dan kesehatan inklusi perlu mendapat perhatian, antara lain; kanker (termasuk payudara, ovarium, dan serviks), kesehatan ibu hamil, isu kesehatan reproduksi, kekerasan terhadap perempuan, hingga kesehatan perempuan.
MMB mencatat kenaikan utama tertinggi dari klaim asuransi selama tahun 2022 berasal kanker kemudian diikuti dengan penyakit terkait sirkulasi darah, penyakit pencernaan, masalah pernafasan, dan Covid-19.
Terkait hal ini, MMB mendorong perusahaan melakukan evaluasi untuk mencari peluang bagaimana meningkatkan dukungan terhadap masalah kanker dengan memprioritaskan tindakan kewaspadaan dan pencegahan.
Dalam Laporan Kesehatan Tahun 2024, MMB juga melihat sistem kesehatan sedang mengalami transformasi ke dalam layanan kesehatan digital meski masih berada pada tahap awal.
Baca juga: Peneliti HCC: Rakyat Harus Tagih Semua Janji Kesehatan Capres-Cawapres
Dalam hasil survei menyebut, layanan virtual dan telemedis diyakini mampu mendukung akses yang lebih luas dan meningkatkan keterjangkauan terhadap layanan kesehatan di mana 34 persen yakin layanan digital kesehatan mampu mengurasi biaya, 43 persen menyebut tidak memberikan dampak, dan sisanya khawatir justru akan menaikkan biaya (23 persen).
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya