KOMPAS.com - Rehabilitasi kawasan hutan merupakan solusi untuk mencegah dampak buruk perubahan iklim yang kini sedang berlangsung.
Hal tersebut disampaikan dosen Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh, TM Zulfikar, sebagaimana dilansir Antara, Kamis (22/2/2024).
Zulfikar mengatakan, salah satu dampak buruk akibat perubahan iklim adalah memengaruhi ketahanan pangan. Ketahanan pangan menjadi isu penting yang harus menjadi perhatian serius pemerintah.
Baca juga: Menyambangi Hutan Harapan, Wana Dataran Rendah yang Tersisa di Sumatera
"Ketahanan pangan merupakan kondisi di mana kemampuan negara memenuhi pangan baik secara kuantitas maupun kualitas," tutur Zulfikar.
Zulfikar menyebutkan perubahan iklim yang kini terjadi berdampak negatif pada sektor produksi dari ketahanan pangan.
Seperti banyak sawah kekeringan yang menyebabkan kegagalan panen.
Akibat kondisi tersebut, harga komoditas pertanian seperti beras cenderung naik serta ketahanan pangan menjadi berkurang.
"Dampak buruk ini bisa dicegah dengan memastikan sumber air di kawasan hutan tetap lestari," papar Zulfikar.
Baca juga: Ketika Para Penggemar K-pop Menanam Asa di Hutan Harapan...
Dia menambahkan, rehabilitasi hutan merupakan solusi jangka panjang untuk mengantisipasi krisis pengairan untuk pertanian.
"Kerusakan hutan turut memberi kontribusi pada perusahaan iklim. Karena itu rehabilitasi hutan menjadi solusi mencegah dampak negatif perubahan iklim," kata Zulfikar.
Kawasan hutan yang baik dapat menjaga kelestarian sumber pengairan yang dibutuhkan petani.
Bila hutan direhabilitasi, kelestarian penyedia sumber pengairan untuk pertanian tetap terjaga.bSehingga, ketika terjadi kemarau, areal pertanian masih tetap bisa ditanami.
Sedangkan untuk solusi jangka pendek, ada penampungan air selama musim hujan dan digunakan pada musim kemarau.
Baca juga: Hilirisasi Nikel Babat Puluhan Ribu Hektare Hutan di Halmahera
"Selain itu juga ada pompanisasi untuk kebutuhan pengairan pertanian," ucap Zulfikar.
Selain pengairan, Zulfikar mengatakan petani juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang dipengaruhi perubahan iklim sekarang ini.
Adaptasi tersebut antara lain dengan menanam tanaman pangan yang cocok saat musim kemarau maupun penghujan.
Dengan demikian, petani bisa mengurangi risiko gagal panen, sehingga ketahanan pangan tetap terjaga.
Kondisi ini tentu juga didukung dengan penerapan teknologi tepat guna.
Baca juga: Ganjar-Mahfud Serukan Stop Pembabatan Hutan dan Gencarkan Reforestasi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya