Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perokok Pasif 4 Kali Berisiko Kena Kanker Paru dibanding Tidak Terpapar Asap

Kompas.com - 01/03/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Perokok pasif empat kali lebih berisiko terkena kanker paru dibandingkan mereka yang tidak terpapar asap rokok. 

Hal tersebut disampaikan Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais Mariska Pangaribuan, sebagaimana dilansir Antara, Kamis (29/2/2024) 

Mariska mengatakan, risiko kanker paru membesar jadi 13 kali lipat pada perokok aktif, dibandingkan dengan orang yang tidak merokok sama sekali.

Baca juga: Mulai Tahun Ini, Puskesmas Dapat Alat Deteksi Dini Kanker

Dia mengungkapkan, risiko kanker muncul lantaran asap rokok yang mengandung sekitar 4.000 senyawa kimia dan 400 zat berbahaya terhirup ke dalam jaringan epitel yang berada di paru-paru.

"Ada 43 zat karsinogenik atau zat yang bisa menyebabkan kanker, yang apabila terhirup dapat menyebabkan perubahan DNA atau kerusakan DNA pada sel, yang pada ujungnya akan menyebabkan keganasan pada sel yang rusak tersebut," ungkapnya.

Mariska menuturkan, apabila seorang perokok telah mengonsumsi rokok selama bertahun-tahun, sel dalam paru-paru tidak bisa kembali pulih. 

Akhirnya, sel tersebut menjadi rusak dan anomali, yang kemudian berubah menjadi sel yang ganas. 

Baca juga: Pakar: Deteksi Dini Kanker Paru Bantu Metode Pengobatan Tepat

Sel ganas tersebut, kata Mariska, dapat membelah diri menjadi lebih banyak lagi, sehingga kanker dapat menyebar ke organ tubuh lainnya.

Karena risiko itulah, Mariska mengimbau masyarakat yang masih merokok untuk dapat berhenti. 

Pasalnya, kebiasaan tersebut berbahaya dan mengakibatkan risiko kanker, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang lain.

Selain itu, dia juga menganjurkan kepada para perokok, mantan perokok, serta masyarakat yang tidak merokok namun kerap terpapar asap rokok untuk melakukan deteksi dini melalui skrining. 

Baca juga: Cegah Kanker Serviks Seawal Mungkin Lewat Pendidikan Seks Usia Dini

"Apabila kita mendapatkan risikonya sedang sampai ke tinggi, sebaiknya segera datang ke rumah sakit atau ke dokter paru untuk dinilai, perlukah kita melakukan skrining lebih lanjut," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat melakukan skrining kanker, sehingga penyakit tersebut dapat diketahui sejak dini dan bisa disembuhkan.

"Pesan saya untuk masyarakat, jangan takut untuk skrining dan periksa kanker, karena itu masalah," kata Budi pada pertengahan Februari.

Budi menilai, menunda-nunda pemeriksaan kanker justru akan menyebabkan penyakit kanker menjadi semakin parah, semakin kecil peluang kesembuhannya, serta semakin banyak menghabiskan biaya.

Baca juga: Kemenkes Dorong Deteksi Dini Kanker di Puskesmas, Mudah dan Murah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com