KOMPAS.com - Pemerintah tengah menggodok peta jalan atau roadmap pemanfaatan minyak kelapa sebagai bahan baku untuk diolah menjadi bioavtur.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Dida Gardera sebagaimana dilansir Antara, Rabu (6/3/2024).
Dia mengatakan, kelapa saat ini menjadi komoditas Indonesia yang potensial untuk diteliti dan kembangkan lagi menjadi bioenergi.
Baca juga: Indonesia Targetkan Bioavtur 5 Persen Tahun Depan
"Ada (peta jalan) sedang on going. Kalau nanti sudah hampir 100 persen matang, kita akan komunikasikan," ujar Dida.
Menurut Dida, saat ini sudah ditemukan adanya potensi kelapa untuk diolah menjadi bioavtur.
Di setiap pohon kelapa, ada sekitar 20-30 persen buah kelapa yang tak layak konsumsi. Buah kelapa yang tidak layak konsumsi tersebut dapat dimanfaatkan menjadi bioavtur.
"Ternyata ada potensi juga dari kelapa. Justru (potensi) kelapa ini dari kelapa yang reject," jelasnya.
Baca juga: Kementerian ESDM Ungkap Tantangan Pengembangan Bioavtur
Dia menilai inovasi energi semacam itu harus terus didukung dan dikembangkan lagi. Pengolahan kelapa menjadi bioavtur ini, lanjutnya, sebaiknya juga dilakukan di dalam negeri.
"Kalau kelapa ini budi dayanya sudah sangat bagus. Sudah ekspor. Ekspornya tapi baru biji kelapanya itu," kata Dida.
Bioavtur merupakan bahan bakar pesawat yang dibuat dari campuran avtur dan bahan bakar nabati lainnya. Saat ini, bioavtur terbuat dari avtur dengan campuran minyak kelapa sawit.
Bioavtur menjadi salah satu jenis bahan bakar yang bisa menurunkan emisi karbon di sektor transportasi.
Baca juga: Harga Tiket Pesawat Berpotensi Naik akibat Penggunaan Bioavtur
Plt Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman P Hutajulu sebelumnya pentingnya pengembangan bioenergi.
Dia menuturkan, bioenergi menjadi salah satu energi baru terbarukan (EBT) yang berperan penting dalam mencapai target netral karbon atau net zero emission (NZE) yang ditargetkan tercapai 2060.
Kontribusi sektor EBT dalam bauran energi nasional mencapai 13,2 persen, di mana bioenergi menyumbang 7,7 persen.
Baca juga: Pertamina Siapkan Kilang Plaju dan Dumai Buat Genjot Produksi Bioavtur
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya