Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 8 Maret 2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Februari 2024 menjadi Februari terpanas sepanjang sejarah sejak pencatatan global dilakukan.

Februari 2024 juga mencatatkan sembilan bulan berturut-turut rekor suhu terpanas terpecahkan dalam kurun waktu setahun.

Menurut pantauan satelit layanan pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), suhu permukaan rata-rata Februari 2024 adalah 13,54 derajat celsius.

Baca juga: Amazon Dekati Ambang Kritis, Dunia Terancam Kenaikan Suhu

Temperatur tersebut lebih tinggi 0,12 derajat celsius dibandingkan rekor Februari terpanas sebelumnya pada 2016.

Selain itu, suhu permukaan rata-rata pada Februari 2024 lebih hangat 1,77 derajat celsius dibandingkan perkiraan Februari pada 1850-1900.

Direktur C3S Carlo Buentempo mengatakan, pada Februari 2024, dunia kembali mengalami suhu panas yang memecahkan rekor.

"Pemanasan yang terus-menerus pada sistem iklim merupakan akibat dari tingginya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Sehingga, kita pasti akan menghadapi rekor suhu global baru dan konsekuensinya," kata Buentempo dalam siaran persnya, Selasa (5/3/2024).

Baca juga: 12 Bulan Terakhir, Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat Celsius

Di samping itu, suhu rata-rata global selama 12 bulan terakhir yakni Maret 2023 sampai Februari 2024, mengalami kenaikan signifikan.

Selama periode itu, suhu lebih tinggi 0,68 derajat celsius di atas rata-rata tahun 1991-2020 dan 1,56 derajat celsius di atas era pra-industri tahun 1850-1900.

Suhu rata-rata harian global sangat tinggi selama paruh pertama Februari, mencapai 2 derajat celsius di atas suhu tahun 1850-1900 sepanjang 8-11 Februari alias empat hari berturut-turut.

Suhu di Eropa pada Februari 2024 mencatatkan 3,30 derajat celisius di atas rata-rata bulan Februari tahun 1991-2020.

Baca juga: Perubahan Iklim Makin Mengkhawatirkan, Rekor Suhu Panas Selalu Terlampaui

Di luar Eropa, suhu udara mengalami kenaikan di atas rata-rata di beberapa wilayah seperti Siberia bagian utara, Amerika Utara bagian tengah dan barat laut, sebagian besar Amerika Selatan, seluruh Afrika, dan di Australia bagian barat.

El Nino terus melemah di wilayah Pasifik khatulistiwa, namun suhu udara laut secara umum tetap berada pada tingkat yang sangat tinggi.

Rata-rata suhu permukaan laut global pada Februari 2024 adalah 21,06 derajat celsius.

Angka tersebut merupakan suhu tertinggi berdasarkan catatan dan melampaui rekor sebelumnya pada bulan Agustus 2023 yakni 20,98 derajat celsius.

Baca juga: Indonesia Alami Januari Terpanas Sejak 1981, Suhu Cetak Rekor Tertinggi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau