Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/03/2024, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, green jobs atau pekerjaan hijau dalam model pembangunan ekonomi hijau menjadi peluang bagi para lulusan sekolah-sekolah vokasi di Indonesia.

Peneliti Kebijakan Publik BRIN Renny Savitri mengatakan, pekerjaan hijau membutuhkan keterampilan-keterampilan baru untuk mencegah peningkatan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.

Dia menambahkan, keahlian dasar yang dibutuhkan untuk masuk pekerjaan hijau meliputi analisa data dan informasi, berpikir kreatif, menginterpretasikan informasi untuk orang lain, dan kapabilitas interpersonal.

Baca juga: Pembangunan Rendah Karbon Bisa Ciptakan 15,3 Juta Pekerjaan Hijau

"Serta melatih dan mendampingi orang lain yang dikombinasikan dengan pengetahuan khusus mengenai keberlanjutan, dan life-cycle analysis," ujar Renny sebagaimana dilansir Antara, Kamis (7/3/3034).

Renny menuturkan, orang-orang yang melakukan pekerjaan hijau harus punya keterampilan untuk mendukung operasi bisnis yang berkelanjutan dan hemat sumber daya.

Hal itu karena perusahaan fokus terhadap pengurangan jejak karbon atau gas emisi yang mereka hasilkan.

Melalui riset tentang pendidikan vokasi dan pengembangan keahlian untuk ekonomi biru, ekonomi hijau, dan ekonomi digital pada 2023, BRIN meneliti beberapa sekolah vokasi di Indonesia yang menyiapkan siswa-siswi mereka untuk masuk ke pekerjaan hijau.

Baca juga: Mayoritas Mahasiswa Kurang Familiar Dampak Pekerjaan Hijau, Butuh Sosialisasi Masif

Beberapa sekolah itu antara lain SMK Negeri 2 Banjarbaru, SMK Negeri 3 Mataram, SMK Negeri 1 Salam di Magelang, SMK Negeri Pertanian Pacet di Cianjur, dan SMK Negeri Pertanian Terpadu Riau.

Penguatan pendidikan vokasi bertujuan untuk menjawab momentum bonus demografi. Apalagi, sebagian besar peminat SMK berasal dari kelas ekonomi bawah hingga menengah.

Renny menuturkan, model ekonomi hijau berperan untuk menggantikan model ekonomi hitam yang boros konsumsi bahan bakar fosil, batu bara, serta gas alam.

Intervensi pembangunan ekonomi hijau berfokus kepada tiga hal yakni mitigasi perubahan iklim, penghematan energi fosil, dan penciptaan lapangan kerja berbasis pekerjaan hijau.

Baca juga: Gibran: Pengembangan Hilirisasi Bisa Buka 5 Juta Lapangan Kerja Green Job

"Dengan lahirnya pendekatan ekonomi hijau pasti nanti akan muncul pekerjaan-pekerjaan baru yakni pekerjaan hijau," ujar Renny.

Menurutnya, pekerjaan hijau memiliki prospek yang cukup cerah karena berbagai pekerjaan baru muncul akibat krisis iklim.

Beberapa pekerjaan hijau antara lain spesialis energi baru terbarukan (EBT), teknisi EBT, hingga manajer keberlanjutan.

Baca juga: PLTU Pensiun Dini, EBT Digenjot Ciptakan 600.000 Green Jobs

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

LSM/Figur
Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Pemerintah
Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Swasta
Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

LSM/Figur
Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Pemerintah
Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Swasta
IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

LSM/Figur
Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

LSM/Figur
Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

LSM/Figur
Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Pemerintah
Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau