KOMPAS.com - Perusahaan pemantau udara IQAir melaporkan, rata-rata kualitas udara di Indonesia merupakan yang terburuk se-Asia Tenggara.
Dalam laporan terbarunya berjudul World Air Quality Report 2023, IQAir menyebutkan rata-rata konsentrasi PM2,5 di Indonesia pada 2023 adalah 37,1 mikrogram per meter kubik.
Konsentrasi PM2,5 di Indonesia pada 2023 tersebut mengalami peningkatan 20 persen bila dibandingkan 2022.
Dari berbagai wilayah, Tangerang Selatan menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia bahkan Asia Tenggara dengan konsentrasi PM2,5 sebanyak 71,1 mikrogram per meter kubik.
Baca juga: Kualitas Udara di Eropa Meningkat, Namun Masih Banyak Polusi
"Indonesia kembali menduduki peringkat negara paling tercemar di kawasan ini (Asia Tenggara)," tulis IQAir dalam laporannya.
Sedangkan secara global, Indonesia menempati peringkat ke-14 sebagai negara dengan rata-rata kualitas udara terburuk di dunia.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, PM2,5 adalah partikulat yang memiliki diameter partikel lebih kecil dari 2,5 mikrometer atau 0,00025 sentimeter (cm).
PM2,5 terdiri atas berbagai partikel unsur dan zat di antaranya ialah mineral seperti kalium (K), natrium (Na), aluminium (Al), selenium (Se), kobalt (Co), arsen (As), silikon (Si), kalsium (Ca), seng (Zn), timbal (Pb), sulfat (SO4), mangan (Mn), besi (Fe), karbon organik, amonium (NH4), dan senyawa organik volatil (VOC) seperti formalin dan benzena.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan, ambang batas konsentrasi PM2,5 sebesar 15 mikrogram per meter kubik per 24 jam, dan 5 mikrogram per meter kubik per tahun.
Baca juga: Kualitas Udara Menurun, Salah Satu Alasan Pentingnya Pensiun Dini PLTU
Beberapa masalah kesehatan jangka pendek yang dapat terjadi akibat paparan PM2,5 adalah bersin, meningkatnya aritmia (detak jantung tidak teratur), serangan asma, dan infeksi saluran pernapasan.
Sedangkan untuk jangka panjang, paparan PM2,5 dapat memicu berbagai penyakit seperti penggumpalan darah pada sistem kardiovaskular, potensi terjadinya kanker paru-paru, pneumonia.
Dampak jangka panjang lain dari PM2,5 adalah perkembangan paru-paru yang tidak sesuai pada anak, kelahiran prematur, meningkatnya risiko penyakit alzheimer, parkinson, serta penyakit turunan saraf lainnya.
IQAir menyebutkan, sebagian besar polusi udara di Indonesia berasal dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, kebakaran hutan, serta pembukaan lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan.
Baca juga: Waspada, Polusi Udara Berisiko Tinggi Sebabkan Stunting
"Polusi udara bisa menjadi parah selama musim kemarau di negara ini, yang biasanya terjadi pada bulan Juli hingga September," tulis IQAir.
IQAir menambahkan, di kota-kota besar, polusi udara juga diperparah oleh asap kendaraan bermotor.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya