Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 16 Maret 2024, 20:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kualitas udara di Eropa telah meningkat selama 20 tahun terakhir, menurut penelitian terbaru dari Institute for Global Health (ISGlobal) Barcelona. 

Meskipun demikian, masih menurut studi tersebut sebagian besar penduduk Eropa masih tinggal di wilayah yang polusinya melebihi tingkat udara yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Upaya Iklim Rambah Sepak Bola, Klub Eropa Bisa Hitung Karbon

ISGlobal menganalisis tingkat polusi harian di lebih dari 1.400 wilayah di 35 negara Eropa, yang mewakili populasi 543 juta orang.

Hasilnya menunjukkan, secara keseluruhan tingkat partikulat tersuspensi (PM2.5 dan PM10) dan nitrogen dioksida (NO2) telah menurun di sebagian besar wilayah Eropa selama dua dekade terakhir.

Masih ada polusi udara

Namun, beberapa wilayah Eropa yang diteliti masih mengalami polusi udara di atas tingkat yang direkomendasikan WHO.

Studi ini menemukan bahwa 98 persen orang Eropa masih tinggal di daerah dengan tingkat PM2.5 yang tidak sehat.

Baca juga: Waspada, Polusi Udara Berisiko Tinggi Sebabkan Stunting

Peneliti ISGlobal Zhao-Yue Chen mengatakan ada lebih dari 250.000 kematian dini setahun di Uni Eropa terkait dengan polusi partikel halus ini, yang berkaitan penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

“Meskipun kematian terkait dengan masalah partikel halus turun 41 persen antara tahun 2005 dan 2021, Badan Lingkungan Eropa mengatakan negara-negara anggota (Uni Eropa) perlu melanjutkan upaya untuk mengurangi tingkat lebih lanjut,” kata Zhao-Yue, dilansir dari Euronews, Sabtu (16/3/2024).

Sementara itu, 80 persen orang Eropa tinggal di daerah dengan tingkat PM10 yang tidak sehat. Sedangkan sekitar 86 persen tinggal di daerah dengan tingkat NO2 yang tidak sehat.

Adapun di Eropa bagian selatan, tingkat ozon meningkat sebesar 0,58 persen. 

Daerah Eropa dengan polusi udara

Meskipun polusi udara telah menurun selama 20 tahun terakhir, studi menunjukkan bahwa masih terdapat titik panas di seluruh benua Eropa.

Tingkat polusi partikulat (PM2.5 dan PM10) tertinggi terjadi di Italia utara dan Eropa timur. Lalu di Italia Utara, dan beberapa wilayah di Eropa Barat seperti Inggris bagian selatan, Belgia, dan Belanda, juga memiliki tingkat NO2 yang tinggi.

Penurunan tingkat PM2.5 dan PM10 yang paling signifikan terjadi di Eropa Tengah, sedangkan NO2 terjadi di wilayah perkotaan di Eropa Barat.

Baca juga:

Siklus berbahaya dari perubahan iklim dan polusi udara

Para peneliti tersebut mengatakan bahwa perubahan iklim dan polusi udara saling mempengaruhi.

Suhu yang lebih hangat dan sinar matahari yang lebih kuat meningkatkan pembentukan ozon melalui reaksi kimia. Tingkat ozon yang lebih tinggi kemudian mempercepat proses pembentukan partikel PM2.5 baru.

Perubahan iklim juga meningkatkan kemungkinan kebakaran hutan yang berkontribusi terhadap peningkatan PM2.5 dan tingkat ozon.

“Interaksi yang kompleks ini menciptakan lingkaran yang berbahaya, menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengatasi perubahan iklim dan polusi udara secara bersamaan,” kata peneliti ISGlobal Joan Ballester Claramunt. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
Pemerintah
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Pemerintah
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
LSM/Figur
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau