Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Polusi Udara Berisiko Tinggi Sebabkan Stunting

Kompas.com - 26/11/2023, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com – Dokter anak sekaligus pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Frida Soesanti, mengungkapkan, polusi udara dapat meningkatkan risiko stunting pada anak.

Hal tersebut disampaikan Frida dalam sesi panel diskusi “Forum Menuju Indonesia Emas 2045: Dampak Kualitas Udara terhadap Masalah Stunting Manusia Indonesia,” di Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Bahaya polusi udara bahkan bisa dimulai sejak bayi dalam kandungan. Bila ibu terlalu banyak terpapar polusi udara, dapat berakibat buruk pada bayi yang dikandungnya.

Baca juga: Tanoto Ajak Media Bantu Tuntaskan Masalah Stunting di NTT

“Semakin tinggi paparan polusi, semakin rendah berat badan lahir dan semakin pendek panjang badan lahir bayi, maka bayi berisiko untuk terkena stunting,” kata Frida, sebagaimana dilansir dari Tribunnews.com.

“Bukannya kita jadi generasi emas, malah generasi cemas, we have to do something (kita harus melakukan sesuatu),” tuturnya.

Frida menuturkan, polusi udara, terutama particulate matter 2,5 (PM2,5) dapat membuat risiko peningkatan tekanan darah pada bayi semakin tinggi.

Kabar buruk lainnya, Frida menyampaikan komposisi PM2,5 tahun 2023 melonjak 12,5 kali lebih banyak dibandingkan beberapa tahun ke belakang yang sudah naik sebanyak delapan kali.

Baca juga: Angka Stunting di NTT Turun Signifikan dalam 5 Tahun Terakhir

Sementara itu, Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara (KP2RDPU) Kementerian Kesehatan Agus Dwi Susanto menjelaskan, ibu hamil dan anak termasuk kelompok yang sensitif terhadap polusi udara.

Ibu hamil sudah mengalami perubahan fisik dan menjadi faktor penyebab stres bagi tubuhnya. Bila terpapar polusi udara dalam jumlah tinggi, ibu hamil berisiko mengalami komplikasi kehamilan.

Komplikasi kehamilan tersebut seperti preeklamsia atau keracunan kehamilan dan inflamasi intrauterin atau peradangan dalam rahim.

Bagi anak-anak, polusi udara dapat menimbulkan risiko yang serius karena saluran pernapasan mereka masih kecil dan masih berkembang.

Baca juga: Penyerapan Dana Menu Stunting di NTT Baru 38 Persen

“Frekuensi napas yang lebih cepat menghirup lebih banyak udara relatif terhadap tubuhnya dibanding dewasa. Sistem kekebalan tubuh masih belum matang lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan,” tutur Agus.

Co-Founder Bicara Udara Novita Natalia mengatakan, diskusi tersebut menyoroti pentingnya sinergitas untuk membuat sebuah kebijakan penanganan polusi udara.

Polusi udara memiliki dampak negatif pada manusia khususnya tumbuh kembang janin di dalam kandungan, yang berpotensi menyebabkan stunting terhadap anak,” ungkap Novita.

Sumber: Tribunnews.com (Penulis: Rina Ayu Panca Rini | Editor: Acos Acos)

Baca juga: Percepat Penurunan Stunting di NTT, Warga Kampung KB Diberdayakan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
LSM/Figur
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Pemerintah
'Destination Zero Waste Bali', Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
"Destination Zero Waste Bali", Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
LSM/Figur
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Pemerintah
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
LSM/Figur
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
LSM/Figur
Permintaan Tembaga Diprediksi Melonjak, Tapi Pasokan Terbatas
Permintaan Tembaga Diprediksi Melonjak, Tapi Pasokan Terbatas
Pemerintah
Bangkitkan Ekonomi Desa, MMSGI Dorong Kemandirian Usaha Mikro Lokal
Bangkitkan Ekonomi Desa, MMSGI Dorong Kemandirian Usaha Mikro Lokal
Swasta
Meta Gandeng AES Pasok 650 MW Energi Surya untuk Pusat Data
Meta Gandeng AES Pasok 650 MW Energi Surya untuk Pusat Data
Swasta
KLH Cabut Izin PT Daeri Rima Mineral karena Berpotensi Rusak Lingkungan
KLH Cabut Izin PT Daeri Rima Mineral karena Berpotensi Rusak Lingkungan
Pemerintah
Ikan Badut Selamatkan Diri dari Gelombang Panas dengan Menciut
Ikan Badut Selamatkan Diri dari Gelombang Panas dengan Menciut
Pemerintah
KKP Dorong Penataan Ruang Laut Demi Keberlanjutan Ekosistem
KKP Dorong Penataan Ruang Laut Demi Keberlanjutan Ekosistem
Pemerintah
Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon
Bahlil Minta Kontraktor Migas Ikut Garap Fasilitas Penangkap Karbon
Pemerintah
Selesai Rehabilitasi, 5 Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kalimantan Tengah
Selesai Rehabilitasi, 5 Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kalimantan Tengah
Pemerintah
Menteri LH Minta Stop Impor Plastik 'Virgin', Perluas Tanggung Jawab Produsen
Menteri LH Minta Stop Impor Plastik "Virgin", Perluas Tanggung Jawab Produsen
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau