KOMPAS.com - Jakarta termasuk ke dalam 10 ibu kota paling berpolusi di dunia berdasarkan konsentrasi PM2,5.
Rata-rata dalam setahun, konsentrasi PM2,5 di langit Jakarta sebesar 43,8 mikrogram per meter kubik pada 2023.
Temuan tersebut dirilis oleh perusahaan pemantau udara IQAir dalam laporan terbarunya berjudul World Air Quality Report 2023.
Baca juga: 10 Negara dengan Polusi Terendah di Dunia
Dengan konsentrasi PM2,5 tersebut, Jakarta menempati peringkat ketujuh sebagai ibu kota paling berpolusi di duni berdasarkan konsentrasi PM2,5.
Sepanjang 2023, polusi tertinggi di langit Jakarta terjadi pada Juli hingga November dengan konsentrasi PM2,5 di atas 50 mikrogram per meter kubik selama sebulan.
Di antara rentang waktu tersebut, Agustus menjadi bulan dengan konsentrasi PM2,5 tertinggi dengan 58,3 mikrogram per meter kubik.
Termasuk Jakarta, berikut daftar 10 ibu kota paling berpolusi di dunia berdasarkan konsentrasi PM2,5 menurut IQAir.
Baca juga: 5 Kota RI dengan Polusi Udara Terendah, 2 Masuk Terbaik se-Asia Tenggara
Konsentrasi PM2,5: 92,7 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 80,2 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 46,6 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 46,0 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 45,8 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 45,4 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 43,7 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 42,4 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 42,4 mikrogram per meter kubik per tahun
Konsentrasi PM2,5: 42,2 mikrogram per meter kubik per tahun
Baca juga: Ini Negara dengan Kualitas Udara Terbaik dan Paling Tercemar di Dunia
PM2,5 menjadi salah satu dari enam polutan utama yang dipantau dan diatur oleh lembaga lingkungan hidup di seluruh dunia karena dampaknya yang signifikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan, ambang batas konsentrasi PM2,5 sebesar 15 mikrogram per meter kubik per 24 jam, dan 5 mikrogram per meter kubik per tahun.
PM2,5 terdiri atas berbagai partikel unsur dan zat di antaranya ialah mineral seperti kalium (K), natrium (Na), aluminium (Al), selenium (Se), kobalt (Co), arsen (As), silikon (Si), kalsium (Ca), seng (Zn), timbal (Pb), sulfat (SO4), mangan (Mn), besi (Fe), karbon organik, amonium (NH4), dan senyawa organik volatil (VOC) seperti formalin dan benzena.
Beberapa masalah kesehatan jangka pendek yang dapat terjadi akibat paparan PM2,5 adalah bersin, meningkatnya aritmia (detak jantung tidak teratur), serangan asma, dan infeksi saluran pernapasan.
Baca juga: Laporan IQAir: Kualitas Udara Indonesia Terburuk se-Asia Tenggara
Sedangkan untuk jangka panjang, paparan PM2,5 dapat memicu berbagai penyakit seperti penggumpalan darah pada sistem kardiovaskular, potensi terjadinya kanker paru-paru, pneumonia.
Dampak jangka panjang lain dari PM2,5 adalah perkembangan paru-paru yang tidak sesuai pada anak, kelahiran prematur, meningkatnya risiko penyakit alzheimer, parkinson, serta penyakit turunan saraf lainnya.
Global CEO IQAir Frank Hammes mengatakan, lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan adalah hak asasi manusia yang universal.
"Di banyak bagian dunia, kurangnya data kualitas udara menunda tindakan tegas dan melanggengkan penderitaan manusia yang tidak perlu," ucap Hammes dalam keterangan tertulis.
Baca juga: Kualitas Udara Menurun, Salah Satu Alasan Pentingnya Pensiun Dini PLTU
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya