Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 27 Maret 2024, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Badan usaha milin negara (BUMN) Rusia yang bergerak di bidang energi nuklir, Rosatom, menyatakan siap berbagi pengalaman dengan Indonesia dalam pengembangan teknologi nuklir.

Perwakilan Rosatom di Indonesia Anna Belokoneva mengatakan, pihaknya meyakini energi nuklir adalah masa depan.

"Karena hanya dengan nuklir kita bisa menghadapi perubahan iklim dan mewujudkan dunia dengan nol emisi karbon," kata Belokoneva dalam pameran dan forum industri nuklir global ATOMEXPO 2024 di Sochi, Rusia, sebagaimana dilansir Antara, Selasa (26/3/2024).

Baca juga: IEA Sebut Energi Nuklir Penting untuk Capai Target Iklim

Menurut dia, selama ini Rusia telah bekerja sama dengan Indonesia, terutama di sektor pendidikan. Pasalnya, ada banyak mahasiswa Indonesia mempelajari teknologi nuklir dan pemanfaatannya langsung di negara tersebut.

Belokoneva menuturkan, Rosatom secara aktif terus menjalin komunikasi dengan Indonesia dalam hal pengembangan teknologi nuklir, meskipun belum ada diskusi yang mengarah pada kerja sama konkret tertentu.

"Kami senang untuk berbagi pengalaman dan keahlian kami di bidang nuklir, yang telah ditekuni oleh Rosatom lebih dari 80 tahun ini," kata dia.

Baca juga: BRIN Kenalkan Reaktor Nuklir Skala Kecil, Praktis dan Bisa Disebar

Direktur Pengembangan dan Bisnis Internasional Rosatom Kirill Komarov mengungkapkan, makin banyak negara menyadari pentingnya pemanfaatan energi nuklir.

Secara global, teknologi nuklir Rosatom telah hadir di sejumlah besar negara seperti Turkiye, Mesir, India, Bangladesh, China, dan Belarus.

Perusahaan Rusia tersebut juga menjajaki kerja sama dengan negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

"Kabar baiknya, makin banyak negara di dunia yang meyakini bahwa energi nuklir tidak hanya akan bertahan lama, tetapi akan berkembang pesat dan kepercayaan diri mereka dalam pemanfaatan nuklir pun makin meningkat," kata Kirill.

Baca juga: DEN: Tak Ada Alasan untuk Tidak Kembangkan Energi Nuklir

Berdasarkan perkiraan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) akan tumbuh 2,5 kali lipat pada 2050, yang akan memproduksi 9 persen dari total bauran energi global.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga telah mengundang partisipasi para pelaku industri nuklir global untuk bekerja sama mengembangkan reaktor nuklir generasi IV di Indonesia.

Menurut Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura, reaktor yang paling sesuai untuk dikembangkan di Indonesia adalah yang berpendingin gas suhu tinggi (HTGR) karena dinilai aman, ekonomis, dan minimum limbah.

Dalam pameran dan forum industri nuklir ATOMEXPO 2024, dia memaparkan rencana Indonesia membangun teknologi HTGR pebble bed berkapasitas 40 megawatt (MW) yang dinamakan PeLUIt-40.

Baca juga: Rusia-ASEAN Berpeluang Tingkatkan Kerja Sama Energi, dari Batu Bara hingga Nuklir

"Harapannya BRIN bisa melakukan joint development (pengembangan bersama). Kalau untuk teknologi yang BRIN kembangkan, mitra yang cocok itu Rosatom (Rusia) atau China," kata Topan.

Dalam hal ini, Rosatom turut berperan dalam sejarah pengembangan reaktor generasi IV di Indonesia dengan melakukan transfer desain konseptual HTGR pebble bed pada tahun 2015—2016.

BRIN disebutnya telah mengajukan anggaran pengembangan teknologi HTGR kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebesar Rp 2 triliun. Pengerjaannya diperkirakan sekitar 5 tahun.

HTGR adalah jenis reaktor generasi IV yang mampu beroperasi pada suhu sangat tinggi dan menggunakan gas sebagai pendingin serta grafit sebagai moderator reaktornya.

Selain dianggap lebih aman, reaktor tersebut juga mampu menghasilkan panas yang dapat digunakan dalam industri, misalnya untuk produksi gas hidrogen.

Baca juga: Kejar Netralitas Karbon, Pemerintah Berencana Kembangkan Hidrogen hingga Nuklir

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AI Jadi Ancaman Jutaan Pekerjaan di Asia, Ini Peringatan PBB
AI Jadi Ancaman Jutaan Pekerjaan di Asia, Ini Peringatan PBB
Pemerintah
Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur
Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur
Pemerintah
Mikroplastik Cemari Pakan Ternak, Bisa Masuk ke Produk Susu dan Daging
Mikroplastik Cemari Pakan Ternak, Bisa Masuk ke Produk Susu dan Daging
LSM/Figur
Krisis Iklim Perparah Bencana di Asia Tenggara, Ketergantungan Energi Fosil Harus Dihentikan
Krisis Iklim Perparah Bencana di Asia Tenggara, Ketergantungan Energi Fosil Harus Dihentikan
LSM/Figur
Ada Perusahaan Sawit Diduga Beroperasi di Area Hutan dan Tak Lolos Verifikasi, Sertifikasi Dipertanyakan
Ada Perusahaan Sawit Diduga Beroperasi di Area Hutan dan Tak Lolos Verifikasi, Sertifikasi Dipertanyakan
Swasta
Emisi Kebakaran Hutan Global Jauh Lebih Tinggi dari Prediksi
Emisi Kebakaran Hutan Global Jauh Lebih Tinggi dari Prediksi
LSM/Figur
Indonesia Berpotensi Manfaatkan Panas Bumi Generasi Terbaru, Bisa Penuhi 90 Persen Kebutuhan Industri
Indonesia Berpotensi Manfaatkan Panas Bumi Generasi Terbaru, Bisa Penuhi 90 Persen Kebutuhan Industri
LSM/Figur
Banjir Ancam Kota Pesisir di Dunia, Risikonya Terus Meningkat
Banjir Ancam Kota Pesisir di Dunia, Risikonya Terus Meningkat
Pemerintah
Lubang Ozon di Antartika Menyusut, Tanda Bumi Mulai Pulih?
Lubang Ozon di Antartika Menyusut, Tanda Bumi Mulai Pulih?
Pemerintah
Tanah, Tangan, dan Tutur: Model Komunikasi Budaya Lokal Melawan Komodifikasi
Tanah, Tangan, dan Tutur: Model Komunikasi Budaya Lokal Melawan Komodifikasi
LSM/Figur
Penelitian Ungkap Kaitan Terumbu Karang dan Kenaikan Suhu Bumi
Penelitian Ungkap Kaitan Terumbu Karang dan Kenaikan Suhu Bumi
Swasta
Ekoteologi Didorong jadi Gerakan Pendidikan Nasional
Ekoteologi Didorong jadi Gerakan Pendidikan Nasional
Pemerintah
Lebih dari 70 Jenis Hiu Kini Dilindungi dan Diperketat Perdagangannya
Lebih dari 70 Jenis Hiu Kini Dilindungi dan Diperketat Perdagangannya
Pemerintah
Cuaca Ekstrem di Sumatera Dipicu Anomali Siklon Tropis, Ini Penjelasan Pakar
Cuaca Ekstrem di Sumatera Dipicu Anomali Siklon Tropis, Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
6 Cara Sederhana Mengurangi Food Waste di Rumah
6 Cara Sederhana Mengurangi Food Waste di Rumah
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau