Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/03/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Faktor-faktor tersebut yakni faktor emisi yang kurang sesuai, referensi GWP yang lama, dan pengecualian tambang batu bara bawah tanah.

Baca juga: Komitmen Pemerintah Indonesia Kurangi Emisi Gas Metana Dipertanyakan

Masalah gas metana

Analis Senior Iklim dan Energi Ember Indonesia Dody Setiawan mengatakan, penggunaan metode estimasi yang lama berisiko menutupi besaran masalah gas metana tambang batu bara yang sebenarnya di Indonesia.

"Karena Indonesia sudah berkomitmen untuk turut mengurangi gas metana secara global, kredibilitas Indonesia di kancah internasional akan dipertanyakan," tulis Dody dalam laporan tersebut.

Dia menyampaikan, langkah pertama yang harus dilakukan Pemerintah Indonesia adalah mengakui keberadaan permasalahan ini.

Pemerintah juga perlu memperbarui metode estimasi gas metana tambang batu bara Indonesia dalam laporan transparansi dua tahunan ke Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNFCCC mendatang.

"Hal ini akan membantu dalam merumuskan strategi mitigasi emisi metana dengan efektif," ucap Dody.

Baca juga: Google Segera Luncurkan Satelit Pemantau Metana, Lacak Kebocoran dari Migas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com