KOMPAS.com - Raksasa teknologi Google bakal segera meluncurkan satelit yang melacak kebocoran gas metana dari perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi (migas) di seluruh dunia.
Satelit yang diberi nama MethaneSAT tersebut merupakan kolaborasi Google dengan Environmental Defense Fund (EDF) dan akan mengorbit Bumi sebanyak 15 kali dalam sehari.
Dilansir dari Earth.org, MethaneSAT bakal mengukur dan melacak metana di kawasan industri migas terbesar di dunia.
Baca juga: Gas Metana dari Sisa Makanan Bisa Sebabkan Pemanasan Global
Informasi yang dikumpulkan dari satelit akan diproses melalui algoritme yang didukung oleh Google Cloud.
Pada akhir tahun ini, Google berharap dapat memetakan data yang sudah diolah agar dapat dilihat oleh seluruh dunia.
Metana merupakan salah satu kontributor utama terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) dunia, nomor dua setelah karbon dioksida.
Metana juga bertanggung jawab atas sekitar 30 persen pemanasan global.
Emisi metana juga tidak bisa dianggap remeh. Selain 84 kali lebih kuat dalam memerangkap panas dibandingkan karbon dioksida, metana juga berpotensi menyebabkan pemanasan global 25 kali lebih besar.
Baca juga: Cegah Kematian Dini Hampir 1 Juta Orang, Emisi Metana Perlu Dipangkas Secepatnya
Tren emisi metana global mengalami lonjakan drastis, dengan peningkatan tahunan sebesar 17 bagian per miliar metana di atmosfer pada 2021, peningkatan tahunan terbesar yang tercatat sejak 1983.
Tingkat metana di atmosfer juga terbukti 162 persen lebih tinggi dibandingkan tingkat pra-industri, sehingga mengkhawatirkan para ilmuwan.
Sejauh ini, pertanian menjadi penyumbang terbesar lepasnya gas metana antropogenik.
Baca juga: Gunungan Sampah di Belitung Terbakar karena Metana, Wabup: Masih Terkendali
Kontributor besar lainnya adalah ekstraksi, pemompaan, dan pengangkutan bahan bakar fosil, yang secara keseluruhan menyumbang sekitar 23 persen dari total emisi.
Dengan mengumpulkan data kebocoran metana dan melacak emisi hingga ke sumbernya, Google berharap dapat mendorong perusahaan energi, peneliti, dan sektor publik untuk mengambil tindakan lebih cepat dan efektif.
Satelit tersebut juga akan membantu mengidentifikasi sumber-sumber yang berkontribusi paling besar terhadap emisi metana atau yang paling rentan mengalami kebocoran.
Baca juga: Bukan Pertanian, Ini Penghasil Terbesar Metana dari Sumber Alami
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya