JAKARTA, KOMPAS.com - Neutura, perusahaan yang berfokus pada pengurangan emisi karbon, berhasil memproduksi biochar pertamanya di Medan, Sumatera Utara.
Biochar yang diperoleh dari hasil pembakaran tanpa oksigen dengan menggunakan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) ini merupakan solusi inovatif untuk pengelolaan limbah.
Apabila diaplikasikan ke dalam tanah, biochar bisa menyimpan karbon hasil penyerapan oleh tanaman sebelumnya selama lebih dari 100 tahun.
Pemilihan TKKS juga sesuai dengan penerapan standar biochar global karena sampah tersebut merupakan produk sampingan yang pada umumnya dibuang atau dibakar di pabrik kelapa sawit.
Biochar ini diproduksi tepat tiga bulan setelah Neutura mengumumkan pendanaan angel fund.
Baca juga: Neutura Raup Pendanaan Angel COP28 untuk 2 Proyek Penyerap Karbon
Dengan kapasitas 10 ton biomassa per bulan, proyek ini diklaim sebagai penghasil biochar terbesar di Indonesia dari fasilitas pengolahan minyak kelapa sawit yang ada saat ini.
Dalam menghasilkan biochar, Neutura menggandeng tenaga ahli dari Universitas Sumatera Utara (USU) dengan memanfaatkan TKKS, sebuah sumber daya yang melimpah namun kurang dimanfaatkan secara optimal dari industri kelapa sawit Indonesia.
TKKS merupakan salah satu aspek paling menarik dari produksi biochar yang sebelumnya dianggap sebagai limbah.
Dengan mengubah TKKS menjadi biochar yang berkualitas tinggi, Neutura mampu mengatasi permasalahan pengelolaan limbah industri kelapa sawit sekaligus mengurangi emisi metana, dan mencegah pembakaran limbah agrikultur.
Baca juga: IBC Rekomendasikan Pengembangan Pasar Karbon di Indonesia
Co-Founder Neutura Refi mengungkapkan, setelah mengunjungi dan mewawancarai puluhan pabrik dan kilang di seluruh Asia Tenggara, pihaknya mendapati bahwa TKKS ini merupakan limbah yang sangat menarik.
"Biasanya, limbah ini ditumpuk dalam tumpukan besar atau dibakar. Beberapa bahkan digunakan sebagai organic mulch di perkebunan, suatu metode yang dapat melepaskan emisi metana dan berpotensi untuk menjadi sarang bagi populasi serangga yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman," tutur Refi.
Refi mengatakan, fasilitas produksi biochar berskala kecil ini telah memperoleh hasil yang setara dengan standar global.
"Kami telah mampu menghasilkan biochar dengan karakteristik dan kualitas yang setara dengan standar internasional yang berlaku saat ini. Salah satunya adalah Sertifikat Biochar Dunia (WBC). Dengan kandungan karbon organik lebih dari 70 persen dan rasio H:Corg di bawah 0,05," imbuh Refi.
Pencapaian ini menunjukkan bahwa biochar dapat menyimpan hingga 2 ton CO2-eq dari atmosfer untuk setiap 1 ton biochar yang diproduksi.
Sehingga, dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya mitigasi perubahan iklim global.
Baca juga: Sinarmas Land dan IABHI Gaungkan Bangunan Tanpa Emisi Karbon
Selain memberikan manfaat penyerap karbon, biochar ini punya sifat alkali kuat yang sangat cocok sebagai pembenah tanah dan sebagai komponen dasar biofertilizer sehingga mampu menjaga ekosistem agronomi.
Selain itu, biochar juga menunjukkan efek yang aman bagi kondisi biologis tanah, tanaman, air tanah, dan air permukaan.
Produk biochar telah dipamerkan dalam acara bioenergi dan bioekonomi terbesar di dunia, Expo Bio360 pada bulan Januari lalu di Nantes, Perancis, menarik perhatian dan minat yang signifikan terhadap pasar global.
Co-Founder Neutura Laksamana Sakti menambahkan, Neutura terus berupaya menyediakan solusi carbon removal yang berkualitas dan berintegritas.
Keberhasilan dari uji coba ini menunjukkan bahwa Neutura telah berhasil melewati fase penting yang akan menjadi dasar dari fase selanjutnya yakni solusi carbon removal skala gigaton.
"Kami siap untuk meningkatkan produksi biochar ke skala industri. Selain itu, kami berharap dapat mengembangkan metode inovasinya ke seluruh Asia Tenggara, wilayah-wilayah yang siap untuk mendapatkan manfaat besar dari praktik agrikultur berkelanjutan dan teknologi carbon removal," tuntas Laksamana.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya