Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Khonsa Indana Zulfa
Konsultan

Khonsa is an early career researcher focusing on disaster risk reduction, early warning system, and catastrophe modelling, particuarly on flood and tsunami.

Memperbaiki Sistem Peringatan Dini Bencana

Kompas.com, 17 April 2024, 12:56 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saat ini, informasi BMKG mengenai cuaca ekstrem semakin banyak didiseminasi melalui platform media sosial seperti X dan Instagram. Ketika terjadi gempa bumi, misalnya, orang-orang sering langsung pergi ke halaman web BMKG untuk mengkonfirmasi peristiwa tersebut.

Akun resmi Instagram dan X BMKG telah meluncurkan informasi mingguan tentang cuaca yang akan datang dan potensi curah hujan ekstrem.

Namun, beberapa informasi penting masih hilang dalam pesan peringatan, seperti “apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan masyarakat ketika terjadi bencana?”

Selain itu, meskipun peringatan dini selalu dikirimkan melalui media sosial, masih tidak pasti berapa banyak individu, khususnya yang tinggal di daerah rawan banjir, yang memiliki akses terhadap media sosial.

Oleh karena itu, ketergantungan semata-mata pada media sosial untuk penyebaran bisa jadi tidak mencukupi. Hanya memberi tahu masyarakat tentang potensi curah hujan lebat yang akan datang tidaklah cukup.

BMKG seharusnya tidak hanya membuat prediksi cuaca buruk, tetapi juga memberikan informasi mengenai potensi dampak yang akan terjadi, seperti potensi luasnya banjir, dan juga memberikan saran tentang tindakan yang harus diambil masyarakat untuk merespons banjir.

Pendekatan ini sejalan dengan prinsip People Centered and Actionable Early Warning System (PCEWS), yang menekankan pada peringatan dini tepat waktu, relevan, dan dapat dimengerti oleh masyarakat, sehingga mereka memiliki kapasitas untuk mempersiapkan diri dan merespons bencana secara efektif.

Sistem peringatan dini yang ideal

Berbeda dengan di Indonesia, Inggris telah menetapkan sistem peringatan dini yang memprioritaskan penilaian dampak dan memberikan panduan jelas yang disesuaikan dengan berbagai lapisan masyarakat.

Misalnya, saat curah hujan ekstrem, Transport for London (TfL) mengeluarkan peringatan untuk kereta bawah tanah dan bus dengan memberikan informasi secara detail terkait dampak yang kemungkinan terjadi seperti durasi dan rute kemacetan, potensi keterlambatan kereta bawah tanah.

Tak hanya itu, peringatan dini TfL juga memberikan informasi mengenai tindakan mitigasi, misalnya, mengambil rute alternatif untuk menghindari terjebak kemacetan lalu lintas.

Pesan peringatan dini dikirim tidak hanya melalui media sosial, tetapi juga melalui email, teks, dan surat kabar. Pesan yang diulang dari berbagai sumber membantu masyarakat memvalidasi informasi.

Contoh lain, yakni universitas secara proaktif memberi tahu mahasiswa dan staf tentang potensi gangguan terhadap aktivitas akibat cuaca ekstrem, kadang-kadang menyarankan studi jarak jauh untuk menghindari gangguan selama perjalanan ke sekolah.

Meskipun mewujudkan sistem peringatan dini yang ideal mungkin merupakan upaya jangka panjang, penting untuk mempercepat pengembangannya, mengingat Indonesia merupakan negara yang rawan akan bencana hydrometeorologi dan geologi.

Kolaborasi yang kuat antarpemangku kepentingan, mulai dari otoritas nasional hingga lokal dan dari badan pemerintah hingga entitas swasta, sangat penting untuk memajukan sistem peringatan dini.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau