KOMPAS.com - Menurut studi, penerapan campuran biomassa untuk bahan bakar atau co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara justru menambah emisi.
Temuan tersebut terungkap dalam studi yang dilakukan Trend Asia dan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) berjudul Ambiguities versus ambition: A review of Indonesia’s energy transition policy.
Apabila hanya dihitung berdasarkan pembakaran biomassa di dalam PLTU, emisi dari co-firing memang turun meski tidak signifikan.
Baca juga: Dorong Co-firing Biomassa, Anak Usaha PLN Tanam 100.000 Bibit Pohon di Gunung Kidul
Co-firing biomassa sebesar 5 persen hanya menurunkan emisi di PLTU batu bara sebesar 5,4 persen.
Akan tetapi, bila emisi ditambah dengan deforestasi akibat penebangan pohon untuk dijadikan biomassa, total emisinya bisa bertambah.
Menurut analisis Trend Asia, co-firing biomassa sebesar 10 persen di 107 unit PLTU batu bara menambah emisi sekitar 26,5 juta ton karbon dioksida per tahun.
"Co-firing biomassa berpotensi jadi solusi palsu karena batu bara masih menjadi bahan bakar yang dominan," tulis publikasi tersebut dikutip Rabu (17/4/2024).
Baca juga: Co-firing EBTKE di 43 PLTU Sukses Kurangi Emisi Karbon 1,1 Juta Ton
Sebelumnya, berdasarkan perhitungan PLN, untuk campuran co-firing 1 persen di PLTU berkapasitas 18 gigawatt, dibutuhkan 5 juta ton pelet biomassa per tahun atau 738.000 ton pelet sampah per tahun.
Apabila target co-firing dinaikkan jadi 10 persen, maka volume biomassa yang dibutuhkan akan semakin besar dan berpotensi menyebabkan pembukaan lahan baru secara berlebihan.
Selain menghasilkan emisi tambahan pencampuran biomassa dengan batu bara berdampak buruk terhadap PLTU itu sendiri.
Nilai kalor biomassa yang lebih rendah daripada batu bara akan menurunkan efisiensi boiler PLTU.
Ini berarti, akan ada lebih banyak ahan bakar yang perlu dibakar untuk menghasilkan jumlah output yang sama.
Baca juga: Penelitian: Co-firing Bukan Solusi Efektif Pangkas Emisi dan Polusi PLTU Batu Bara
Sepanjang 2023, PLN menyerap biomassa sebanyak 1 juta ton untuk co-firing di 43 PLTU batu bara yang tersebar di tanah air.
Angka ini tumbuh lebih dari 71 persen dibandingkan realisasi serapan biomassa 2022 sebesar 585.000 ton.
PLN terus melakukan uji coba teknologi ini hingga tahun 2025 agar 52 PLTU di Indonesia bisa seluruhnya menggunakan co-firing, sebagaimana dilansir dari siaran pers pada Januari 2024.
PLN menyebutkan, co-firing biomassa di PLTU sepanjang 2023 dapat mereduksi emisi hingga 1,05 Juta ton karbon dioksida pada 2023.
Baca juga: Mengenal Penggunaan Woodchips dalam Sistem Co-Firing PLTU Bangka
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya