Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/04/2024, 12:06 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, serta industri pariwisata tengah melakukan pembicaraan untuk mengembangkan wisata bahari berbasis konservasi.

"Ada beberapa organisasi di pariwisata yang (juga) kami libatkan untuk berdiskusi," kata Kepala Bidang Kelautan Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta Imam Fitrianto, dilansir dari Antara, Senin (22/4/2024). 

Ia menjelaskan, pengembangan wisata bahari berbasis konservasi yang dimaksud adalah memanfaatkan konsep ekonomi biru atau "blue economy" yang mengedepankan keberlanjutan.

Sebagai informasi, dikutip dari Kompas.com (3/7/2023), ekonomi biru berarti memanfaatkan sumber daya lautan untuk ekonomi namun tetap menjaga kesehatan ekosistem di laut.

Baca juga: Optimalisasi Ekonomi Biru Bisa Ciptakan 12 Juta Lapangan Kerja

"Jadi sifatnya bukan masif. Karena masif sebentar saja, nanti bisa kolaps. Kalau 'blue economy' pasti berkelanjutan," imbuhnya. 

Imam berpendapat bahwa sektor wisata bahari di satu sisi paling cepat dan mumpuni menerapkan konsep ekonomi biru.

Potensi ekonomi biru 

Ia menyampaikan, untuk mewujudkan pengembangan wisata bahari menggunakan konsep ekonomi biru, perlu adanya penyusunan bersifat terpadu.

Dalam hal ini, pemerintah perlu memasukkan konsep ekonomi biru ke dalam rencana pembangunan di Jakarta.

"Kami sering berdiskusi dengan orang di Bappeda agar konsep ini turut serta masuk ke dalamnya. Karena Jakarta saat ini tidak hanya fokus ke daratan saja," tutur Imam.

Kemudian, kata dia, perlu kemitraan antar sektor yang dituangkan dalam suatu regulasi atau perjanjian baik antara pemerintah dengan swasta maupun dengan masyarakat atau perguruan tinggi.

Baca juga:

Imam menilai pengembangan konsep ekonomi biru memiliki peluang yang sangat besar bagi pengembangan wisata bahari di Jakarta.

Beberapa pihak yang akan terlibat antara lain pengembang properti, perusahaan perhotelan, dan operator tur wisata. Bahkan, kata dia, tak hanya satu pelaku usaha saja melainkan banyak dari mereka yang juga ikut berkembang. 

Imam mencontohkan, dalam pengembangan sanggraloka atau resort bisa melibatkan nelayan-nelayan di sekitar area usaha untuk menyuplai ikan.

"Kemudian, kapal-kapal nelayan saat tidak digunakan untuk menangkap ikan bisa disewakan untuk wisatawan. Jadi, banyak efek ke pelaku usaha lain," ujarnya.

Selain itu, ekonomi biru dapat membuka peluang investasi pengembangan energi terbarukan, seperti pemanfaatan sel surya (solar cell) di atas laut dan pengembangan energi menggunakan gelombang laut dan angin.

Lebih lanjut, Imam menyebut peluang investasi di riset dan pengembangan (R&D) juga terbuka melalui hadirnya ekonomi biru.

"Berbagai teknologi kelautan yang dapat dikembangkan antara lain untuk pengembangan energi, pemanfaatan sumber daya kelautan yang sifatnya non ekstraktif, juga kegiatan riset lainnya," pungkas dia. 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kemenhut: Kelompok Tani Hutan Bakal Pasok Produk ke Kopdes Merah Putih
Kemenhut: Kelompok Tani Hutan Bakal Pasok Produk ke Kopdes Merah Putih
Pemerintah
Perpres Baru Akui Semua Skema Karbon, Akhiri Tumpang Tindih Proyek Hijau
Perpres Baru Akui Semua Skema Karbon, Akhiri Tumpang Tindih Proyek Hijau
LSM/Figur
IESR: Harga Listrik akan Mahal jika Pemerintah Pertahankan PLTG
IESR: Harga Listrik akan Mahal jika Pemerintah Pertahankan PLTG
LSM/Figur
Prabowo Teken Perpes 110 Tahun 2025, Disebut Bisa Percepat Investasi Hijau
Prabowo Teken Perpes 110 Tahun 2025, Disebut Bisa Percepat Investasi Hijau
Pemerintah
BNPB: Banjir, Cuaca Ekstrem, dan Karhutla Jadi Bencana Paling Dominan sejak Awal 2025
BNPB: Banjir, Cuaca Ekstrem, dan Karhutla Jadi Bencana Paling Dominan sejak Awal 2025
Pemerintah
Tak Ada Jaminan Deforestasi, Indonesia Berisiko Gagal Capai Target NZE 2060
Tak Ada Jaminan Deforestasi, Indonesia Berisiko Gagal Capai Target NZE 2060
LSM/Figur
Aktivis Desak Jepang dan Korsel Setop Impor Pelet Kayu dari RI karena Picu Deforestasi
Aktivis Desak Jepang dan Korsel Setop Impor Pelet Kayu dari RI karena Picu Deforestasi
LSM/Figur
IESR Perkirakan Ada Perbaikan di Second NDC, Tapi Tetap Tak Jawab Target Perjanjian Paris
IESR Perkirakan Ada Perbaikan di Second NDC, Tapi Tetap Tak Jawab Target Perjanjian Paris
LSM/Figur
Ekspor Sampah Plastik Inggris ke Negara Berkembang Naik 84 Persen dalam Setahun
Ekspor Sampah Plastik Inggris ke Negara Berkembang Naik 84 Persen dalam Setahun
Pemerintah
Menteri LH Soroti PNBP Lampaui Target, Masih Banyak Pelanggaran Lingkungan
Menteri LH Soroti PNBP Lampaui Target, Masih Banyak Pelanggaran Lingkungan
Pemerintah
PBB Peringatkan 900 Juta Penduduk Miskin Terancam Krisis Iklim
PBB Peringatkan 900 Juta Penduduk Miskin Terancam Krisis Iklim
Pemerintah
Target Iklim Vatikan, Emisi Karbon Dipangkas 28 Persen Hingga 2035
Target Iklim Vatikan, Emisi Karbon Dipangkas 28 Persen Hingga 2035
Pemerintah
Pakar Peringatkan, Kredit Karbon Justru Hambat Target Iklim Global
Pakar Peringatkan, Kredit Karbon Justru Hambat Target Iklim Global
LSM/Figur
Imbas Tekanan AS, PBB Tunda Keputusan Tarif Karbon Maritim
Imbas Tekanan AS, PBB Tunda Keputusan Tarif Karbon Maritim
Pemerintah
Terbesar di Pertamina, PLTS Zona Rokan Dorong Efisiensi dan Pengurangan Emisi
Terbesar di Pertamina, PLTS Zona Rokan Dorong Efisiensi dan Pengurangan Emisi
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau